Gendis memberikan ponsel pada Evan setelah mengantikan berselancar mencari kendaraan murah untuk disewa.
"Kamu udah nemu tempatnya?" Evan pun ikut mengecek ponsel.
Gendis menggeleng dan Evan hanya bisa menghela napas. Ia juga tidak tahu dimana tempat yang cocok untuk pergi liburan khusus keluarganya.
Evan menatap Juli yang sedari tadi diam."Jul,"
"Iya," jawabnya.
"Kamu dengar tetangga liburannya kemana?" tanya Evan mengorek informasi.
Juli menggeleng. "Aku nggak sempat nanya, soalnya mereka pada heboh-heboh."
"Gimana kalau naik bus pariwisata?" usul Adel.
Semuanya mengangguk setuju daripada tidak jadi lebih baik opsi ini diambil.
Perlengkapan sudah di bawa mulai dari peralatan mandi, pakaian dan lainnya. Adel yang paling semangat sekali dan mungkin kalau Korea tujuan keluarga GAJE pergi, Adel akan menjerit-jerit histeris sepanjang perjalanan bahkan bisa pingsan ditempat setelah melihat opa-opa Korea kesayangannya.
Gendis memandangi tanaman kaktus yang selalu disiramnya setiap hari. Kaktus itu salah satu sahabatnya dikala sepi, berduri dan kokoh walau tanahnya kering. Gendis menyukainya.
"Sudah siap kah ini?" Evan mengecek satu persatu barang bawaan.
"Siap!" sahut ketiganya serempak.
Keluarga GAJE keluar rumah dengan menenteng koper masing-masing. Senyuman serta perasaan bahagia menyelimuti, jangan lupakan Juli yang sibuk menenteng tas besar berisi makanan agar keluarganya tidak kelaparan saat di perjalanan nanti.
"Ayah busnya dimana?" tanya Adel begitu sampai di pemberhentian bus.
"Di jalan," balas Evan seadanya.
Lelah menunggu, Evan, Juli, Adel dan Gendis kepanasan karena dua jam lamanya bus belum juga muncul. Apa busnya bodong?
"Kok lama banget sih Adel kan pengen cepet-cepet sampe," keluh Adel menengok kiri-kanan.
"Sabar dek, mending makan dulu tuh ayah kamu sudah habis satu timbel nasi," timpal Juli.
Adel mengerucutkan bibirnya. Ia tak sabar tentu saja lagipula menunggu bus itu bukan seperti nunggu jodoh kan? tak datang namun sudah pasti akan di dapatkan eh kenapa Adel jadi belok ke jodoh sih?
Gendis sudah tidak tahan ingin buang air dan sialnya bus belum juga muncul. Apa ayahnya sedang tertipu bus travel? kan di tv marak pesawat travel umroh penipuan dan sekarang ayahnya sedang tertipu travel, yang membedakan hanya di kendaraannya. Masa bodo dengan teori aneh di kepalanya, Gendis ingin ke toilet secepatnya sehingga tanpa ada yang menyadari kepergian Gendis.
"Ini kemana Gendis, dek?" Juli celingak-celinguk mencari keberadaan anak pertamanya.
Adel duduk begitu saja. "Beli minum kali. Kakak kan nggak suka panas."
"Iya kamu tenang Jul pasti Gendis baik-baik saja lagipula kalau putar balik pasti pulangnya ke rumah." Evan menambahkan agar Juli tidak cemas terus-terusan.
"Kalau gitu, ayo pulang!" Juli bersiap-siap.
Adel bangkit menepuk celananya. "Nggak setuju, gimana kalau busnya datang kan jadi ketinggalan, nggak mau pokoknya."
Evan jadi dilema. Menuruti keinginan Juli untuk pulang Adel akan cemberut kepadanya sedangkan menuruti sebaliknya ya ... berakhir sama.