Pagi-pagi kesibukan sudah terpampang nyata kembali di kediaman Evan family. Dari Adel yang masih mengemas pakaian tiada akhir, Juli sibuk memasak perbekalan di dapur lalu Evan terus menelpon memastikan keberadaan bus. Kalau Gendis malah duduk santai makan cemilan sambil menonton keanehan keluarganya.
"Kak masih ada tas nggak dikamar?" tanya Adel pusing sendiri sambil membawa baju-baju di kedua tangannya.
"Buat apa?"
"Baju-baju aku nggak muat di dua koper butuh satu lagi, ada nggak tas di kamar kakak?"
"Emang kamu mau pindahan sampai bawa banyak baju segala?"
"Kakak dimana tasnya?" rengek Adel.
Gendis mengangkat bahunya membiarkan Adel yang panik karena bajunya tidak terbawa semua.
Barang-barang yang akan di bawa sudah di jejerkan sambil di absen kembali takut salah bawa dan berakhir harus membeli. Kan sayang uangnya mending di tabung atau diinvestasikan.
"Tempat itu pasti ada perubahan suhu, cuaca, iklim. Pokoknya tidak bisa diprediksi jadi aku harus berjaga-jaga supaya kita siap dalam situasi kondisi apapun," ungkap Adel masih sibuk berkemas. Gayanya sudah siap untuk pindah rumah.
"Satu koper cukup dan bawa seperlunya!" peringat Gendis pada Adel yang tak mau berhenti memasukkan barang bawaan tidak penting.
"Liburannya kan mau lama, ya kan Ayah?" Adel mencari pembelaan pada Evan yang mengecek ponsel.
"Iya," jawab Evan.
"Tuh dengerin!" kata Adel senang akhirnya dapat pembelaan.
"Tapi satu koper aja yang dibawanya," lanjut Evan membuat Adel cemberut.
"Iya-iya!" ucapnya kesal. Tadinya senang eh malah di jatuhkan, kan jadi nyesek sekalian aja tadi tuh nggak usah dibela biar Adel tidak terlalu sakit.