Kaki sudah pegal di tambah cuaca yang semakin siang membuat Evan was-was tidak bisa pergi liburan terulang sebanyak dua kali tetapi masa iya harus gagal lagi?
"Mommy aku nggak sanggup, dari tadi bus-nya yang datang bukan yang dipesan keluarga kita, terus kapan dong kita berangkatnya?" tanya Adel cemberut dan sudah tidak tahan berlama-lama.
"Sebentar lagi pasti datang. Kamu harus sabar ya," jawab Juli dibalas anggukan dari Evan membenarkan.
Gendis seperti sudah tahu apa yang akan terjadi hanya diam saja sedangkan Juli melirik kanan-kiri siapa tahu ada penjual es cendol lewat supaya kegerahannya hilang seketika.
"Tukang cendol di sekitar sini ada disebelah mana ya, Mas?" tanya Juli masih celingak-celinguk mencari keberadaan penjual es cendol.
"Kamu mau es cendol?" Evan yang tadinya fokus ke ponsel menatap Juli.
"Iya. Panas banget sekarang, segar kalau minum es cendol,"
Evan mengangguk setuju. "Adel, Gendis, kalian berdua mau es cendol? ayah mau beli ke depan," tanya Evan pada kedua anaknya.
"Mau!" sahut Adel semangat yang kebetulan ingin kesegaran tapi bingung belinya kemana.
"Gendis mau?" tawar Evan pada Gendis yang diam saja.
Gendis menggeleng.
"Lah kenapa? kamu nggak haus atau mau apa selain es nanti..."
"Nggak mau, maunya berangkat." Gendis menjawab.
Evan menghela napas. "Kalau begitu Ayah ke depan dulu, kalau bus-nya datang suruh tungguin," pesan Evan.
Juli, Gendis, dan Adel mengangguk sementara Evan mulai mencari keberadaan es cendol pesanan Juli juga Adel. Kalau Gendis, mungkin makanan apa saja yang penting bisa dimakan. Pas sekali setelah mendapatkan es cendol beserta jajanan Evan menjumpai bus lewat tanpa penumpang. Cepat-cepat Evan melambaikan tangannya agar sang supir menghentikan lajunya.
"Kenapa, Mas?" tanya si kenek bernama Feri menghampiri Evan.
"Bus-nya masih kosong kan?" Evan bertanya sekaligus memastikan.
"Iya, mau naik?"
Evan mengangguk. "Tapi ke terminal dulu ya soalnya keluarga saya masih ada disana," Evan tersenyum sumringah masuk ke dalam.
Feri mengangguk paham dan akhirnya bus melaju menuju terminal tempat yang Evan katakan. Sesampainya di terminal Adel, Juli serta Gendis buru-buru berdiri setelah melihat Evan turun dari bus.
"Ayo naik!" ajak Evan sambil menenteng makanan ditangannya lalu diberikan kepada Juli agar disimpan baik-baik.
"Ini bus-nya?" tanya Adel senang.
"Iya," jawab Evan tersenyum bangga.
"Tapi kok tulisannya Abada bukan Sindanglaya?" Gendis heran.
"Nggak papa bisa dinego nanti arah tujuannya," sahut Evan.
Evan memasukan barang-barang bawaan keluarganya ke dalam bus sedangkan Adel bingung mau duduk dimana karena baru pertama kali naik. Paling mentok Adel naik ojek mana pernah naik bus gede.