Petualangan Keluarga Gaje

Yaraa
Chapter #9

9

Sesuai petunjuk keempatnya berjalan sebanyak lima langkah kemudian muncul cahaya yang memancar dan memantul ke arah plang sehingga terlihatlah keberadaan kota Abada. Adel yang asyik bersenandung cicak di dinding menganga tak percaya sementara Juli dan Evan tidak berkedip sedetik pun. Gendis malah maju terus tanpa memperdulikan keluarganya yang masih berdiam di tempat.

Di kota Abada kamu punya hal istimewa. Gunakan dengan baik dan kamu akan selamat!

Gendis mengerutkan kening ketika kata-kata itu muncul didepan wajahnya bukannya mendapatkan hiburan malah disuguhi teka-teki dan maksudnya jangan tanyakan pada Gendis. Dia bingung sebenarnya kota Abada mau menawarkan hadiah jika Gendis bisa memecahkan teka-tekinya begitu?

"Kakak tungguin Adel ih!" seru Adel menyusul Gendis yang sudah jauh didepannya.

Evan dan Juli juga ikut menyusul kedua anaknya. Setelah keempatnya berkumpul, terpampang tanah berlapis rumput nan luas seperti lapangan sepak bola, di setiap sisi berdiri kokoh tembok terbuat dari batu yang dilapisi semen.

"Ini lapangan sepak bola atau kota sih Adel jadi bingung?" tanya Adel menggaruk kepalanya tidak paham.

Adel yang memang tak bisa diam menyentuh tembok jalan masuk lalu gulungan kertas entah di lemparkan darimana datang menghantam kepalanya. Untung hanya gulungan kertas coba gulungan batu, tidak bisa dibayangkan betapa sakitnya itu kepala Adel.

"Siapa sih yang timpuk kepala Adel? sakit tau!" gerutunya sambil mengelus-elus kepala yang sedikit nyut-nyutan.

Gendis mengambil gulungan kertas itu tetapi Adel merebutnya. Adel mencoba membacanya tetapi kata-katanya terus bergerak membuat Adel pusing saat melihatnya.

"Mata Adel kenapa? kok tulisannya goyang-goyang?" herannya sambil menunjuk setiap kata.

"Kamu rabun Del," timpal Evan.

Adel menggeleng cepat. "Nggak mau, nggak mungkin! ini Daddy sama mommy coba baca, kalau sama kayak yang Adel rasain fix! kalian juga rabun."

Gendis ingin tertawa tetapi harus ditahan. Ini adiknya bernama Adel kenapa bisa mengeluarkan lawakan membuat perut Gendis tergelitik seketika?

Juli beberapa kali mengedipkan matanya agar fokus membaca namun sia-sia dan fix! dirinya rabun seperti yang Adel katakan. Evan juga sama tidak bisa membaca apa-apa selain kata-kata yang terus berjoget goyang dombret.

"Ayah juga rabun kayaknya Del, kata-katanya nggak mau diem loncat-loncat terus." Evan memberikan kertas itu pada Adel.

"Kayaknya kata-kata di kertasnya nggak ditulis pake pulpen tapi pake sihir hii... seremm," kata Juli mendadak merinding.

"Kak Gendis coba baca!" Adel memberikan gulungan kertas pada Gendis.

"Selamat datang di kota Abada. Kalian yang terpilih harus mengembalikan kota ini, kota penuh keindahan. Jangan berpikir mundur kalau tidak mau mendapatkan kutukan, lanjutkan semoga berhasil!" Gendis membaca sesuai isi gulungan dengan mudah.

"Kutu? kamu sekarang kutuan ya, kok ibu lihat rambut kamu baik-baik aja," Juli langsung mengecek keadaan rambut Gendis.

"Kutukan Juli bukan kutuan," ucap Evan memberi tahu.

Lihat selengkapnya