Gendis merasakan napasnya sudah menipis dan satu kali lagi ia menarik napas, semuanya mendadak gelap namun kilatan cahaya biru menembus badannya mengembalikan kesadarannya. Gendis menghirup udara sebanyak-banyaknya dan dengan sekali hentakan, sekujur tubuhnya sudah terbebas dari lilitan sarang laba-laba. Gendis lega dan masalahnya Adel sudah tidak ada disekitarnya. Dia panik lalu mulai mencari daripada pulang kemudian disalahkan oleh ayah dan juga ibunya.
Evan dan Juli terus mengikuti Adel entah akan berhenti dimana karena ini tanah lapang yang luas lagipula Gendis akan terlihat dengan baik tetapi Adel malah mempersulit.
"Dimana kakak mu, Del?" tanya Evan mengamati kanan-kiri tapi objek yang dicari justru tak juga terlihat.
"Terus lari aja Adel inget kok tempatnya," balas Adel bersikukuh.
Sudah berlari bahkan jauh dari tempat penginapan masih saja Gendis tidak ditemukan. Adel sebenarnya pengingat yang baik atau justru sebaliknya?
"Del berhenti dulu kita kayak lari keliling lapangan lho nggak sampai-sampai tujuannya," ucap Evan lelah.
"Adel inget kok sebentar lagi sampai percaya sama Adel."
Evan mencekal bahu Adel agar berhenti berlari tanpa arah yang jelas. Disini bukan hanya Adel yang memiliki rasa panik, gelisah atau takut tetapi semuanya. Evan bahkan lebih-lebih panik dan ingin langsung melesat terbang untuk menyelamatkan serta mengamankan keluarga kecilnya. Tidak akan ia biarkan bahaya apapun melukai, itu janjinya.
"Kamu tenang dulu," kata Evan menenangkan.
"Tapi kakak kasihan, dad. Dia butuh bantuan!"
"Iya ayah tau, ibu kamu juga tahu Del, tapi... kamu harus tenang jangan buru-buru nanti bukannya ketemu malah kita semua dalam bahaya memang kamu mau kita semua dalam bahaya?" tanya Evan menjelaskan.
Adel menggeleng, wajahnya terlihat sendu menatap Evan di depannya.
Adel langsung memeluk Evan. Ia menangis. "Adel takut dad, Adel nggak mau kak Gendis celaka!"
Juli mendekat mengusap rambut Adel. "Pasti kakakmu baik-baik aja Del."
Adel mengusap air matanya, mengurai pelukan pada Evan, "beneran?"
"Iya. Kakakmu kan pesulap," jawab Juli tersenyum tipis.
Evan mengangguk kecil menyetujui ucapan Juli walau berekspektasi jawaban yang–ah sudahlah namun demi kebaikan bersama ya mau bagaimana. Akhirnya Juli, Evan serta Adel lanjut bergerak untuk menemukan keberadaan Gendis.
Adel melihat bocil laba-laba sedang bermain kelereng sendirian lalu Adel menghampirinya kemudian berjongkok.
"Kamu tahu kan dimana kakak aku?" tanya Adel to the point.
Si bocil melirik Adel. Dia juga didatangi orang-orang dewasa yang membuatnya merasa gugup seketika.
"Ayo bicara, dimana?" Adel memaksa agar si bocil bersuara.