Setelah menentukan rencana, keempatnya memilih berpencar ke tempat yang berbeda namun Adel malah bertindak sebaliknya yaitu menjadi kubu paling menentang segalanya. Dia lebih suka berkelompok entah berdua atau semuanya tetap bersama.
"Pokoknya jangan ke pisah, nanti kalau Adel diculik siapa yang nolongin?" Adel merentangkan kedua tangannya menahan semuanya pergi sendiri-sendiri.
"Disini nggak ada orang Del," sahut Evan memberitahu.
"Ada kok dan pokoknya Adel mau berdua atau sama-sama aja!" kekeuh Adel memaksa.
"Tapi Del kalau kita barengan terus bakal mudah buat tertangkap," balas Evan khawatir jika ide Adel bakal merusak rencana yang sudah dibuat.
"Jadi maksud Daddy biar Adel aja yang harus duluan ketangkep sedangkan kalian nggak bakal nolongin?" Adel tambah syok oleh ucapan Evan.
Evan memijat pelipisnya, Gendis geleng-geleng kepala sementara Juli terus memperhatikan sekitar, siapa tahu ada jalan lain untuknya nanti jikalau susah kabur secara dadakan.
"Ayo ngaku! pasti kalian mau–"
"Yaudah kamu pergi sama aku," putus Gendis akhirnya tak mau drama Adel makin panjang bila tidak kunjung dituruti.
Adel tersenyum sumringah. "Nah gitu dong, Adel jadi semangat kalau berdua daripada sendiri-sendiri takut nyasar." Diakhiri kekeuhan keluar dari mulutnya karena bahagia setelah berbicara sepanjang jalan tol akhirnya disetujui juga.
Sudah di tetapkan Juli dan Evan menuju arah berbeda untuk menemukan raksasa sedangkan Adel dan Gendis harus tetap bersama walau terdengar ide buruk, ya... mau bagaimana, Adel susah untuk dibujuk disaat begini.
"Kak!" Adel memanggil ketika keheningan menyapa sekitarnya. Evan dan Juli sudah berpencar ke tempat sudah dipilih masing-masing.
"Kak Gendis nengok dong jangan lihat ke depan terus!" kata Adel tak terima obrolannya tak digubris.
"Ada apa Del? mau berpencar?" tanya Gendis menghentikan langkahnya.
Adel menggeleng cepat. "Nggak mau! Adel cuma bosen masa jalan terus, kali-kali naik ojek kek atau naik odong-odong pun Adel mau," ungkapnya.
Gendis rasanya ingin menghilang saja setelah mendengar semua keluhan Adel yang tiada henti meskipun selalu obrolan itu saja keluar dari mulutnya. Mau marah nanti Adel pundung sedangkan kalau sebaliknya yaitu diam-diam saja Adel akan makin menjadi. Gendis pusing dihadapkan dengan dua opsi namun akhirnya menemukan buntu.
"Kok berhenti? capek ya? sama Adel juga, maunya menikmati liburan aja."
Gendis mengamati sekeliling sesekali fokus mendengarkan sapuan angin siapa tahu suara asing menyapa gendang telinganya tanpa diminta namun setelah beberapa saat tak juga terdengar apa-apa. Ini yang Gendis tak suka, kalau dibutuhkan tak muncul giliran tak dibutuhkan, baru muncul bahkan tanpa di duga pula.
"Kak!"
"Kak Gendis istirahat dulu dong!" rengek Adel sudah tak kuat berjalan apalagi tujuannya belum jelas sehingga ia malas untuk melanjutkan perjalanan.