Bumi seakan terguncang mengawali datangnya empat orang mendatangi keluarga Evan. Adel menggenggam erat tangan sang ayah juga Gendis dan Juli terus mengamati gerak-gerik si empat orang berbadan besar aka disebut raksasa itu dengan penuh waspada.
"Ayah aku takut!" cicit Adel berlindung dibelakang Evan yang dengan sigap merentangkan tangannya agar Adel tetap terjaga dibelakang tubuhnya.
"Kalian akhirnya datang juga, aku sudah menunggu," ucap salah satu yang katanya disebut raksasa lengkap dengan seringai cukup menakutkan jika diperhatikan.
"Kok mereka nggak mirip raksasa?" bisik Adel diam-diam mengintip meskipun tidak berani maju.
Evan hanya menggeleng kecil atas pertanyaan itu. Dia justru semakin khawatir oleh apa yang akan segera terjadi setelah ini mengingat dirinya bukan sepesialis peramal masa depan.
"Silahkan duduk maaf lantainya hanya tanah tapi ini lebih baik bukan daripada alasnya api membara," tambah si raksasa berbaju hijau lalu gelak tawa keempatnya terdengar.
Dibelakang Evan, Adel rasanya ingin berteriak dan berkata 'TIDAK LUCU' paling depan dengan suara lantang sampai si empat manusia aneh itu kupingnya copot sekalian soalnya memperlakukan tamu kok tidak bisa ramah walaupun seuprit.
"Kalian punya tulang?" Juli membuka suara karena terlalu lama adu pandangan tidak akan menimbulkan sebuah keajaiban si raksasa memberikan apa yang dicari keluarganya saat ini.
"Tulang? Apa kalian mau memakan kami?" tanya si raksasa berbaju hijau pura-pura kaget.
"Tidak, kami bukan pemakan daging lebih suka makan sayur," balas Evan tegas karena bila kebanyakan makan daging dirinya ada sedikit masalah ketika buang hajat nanti.
"Ini kenapa jadi nggak jelas kan Adel pengen liburan juga!" keluh Adel duduk lesehan.
"Del, diem dulu," peringat Evan yang sepertinya sudah tidak tahan berhadapan dengan para raksasa namanya namun kelihatannya... jauh dari sebutan yang diberikan.
"Tapi dad..."
"Kamu pudel, apakah kamu sosok itu?" tanya raksasa berbaju hijau lagi memperhatikan Adel penuh selidik.
Adel bangkit. "Sosok apa? Jelas-jelas Adel ini manusia paling imut dan paling cantik karena Adel sosok perempuan!" jawabnya ngegas.
Evan menepuk jidatnya sedangkan Gendis memalingkan wajah kalau Juli masih sangat santai oleh kecerewetan Adel dalam membalas percakapan basa-basi para raksasa tapi berbadan mini.
"Raksasa!" panggil Juli menengahi.
"Kami bukan raksasa!" jawab keempatnya serempak.
"Terus apa?"
"Kami warga biasa tergantung tamu."
Evan ingin tertawa sebab jawaban dari yang katanya raksasa memang cukup tak masuk di akalnya. Tergantung tamu, Evan benar-benar tak percaya ucapan ketiga orang ini lagipula setelah sampai ditujuan bukannya menikmati liburan ala keluarga lain malah menikmati petualangan sangat aneh dan mendebarkan.
Juli memberikan batu ke salah satu tangan raksasa dengan berani membuat Evan, Gendis maupun Adel takjub menyaksikan karena di keseharian sosok Juli itu kadang tidak mengerti apa-apa namun untuk sekarang berubah menjadi orang lain dalam sekejap.