Entah sudah berapa hari terhitung, Evan dan keluarganya terperangkap di kota penuh misteri ini. Dia mengalami kebingungan yang parah sementara istrinya kadang pintar, kadang pula terlihat sama dan semakin menambah kebingungan dalam diri Evan tetapi yang lebih mengherankan lagi tubuhnya tidak bisa bergerak bahkan mulutnya ikut kaku. Ada apa sebenarnya? Evan terkutuk jadi patung padahal tidak sedang ikut drama apapun.
Memanggil Juli disebelahnya sama sekali tidak bisa dilakukan apalagi memanggil Gendis yang asyik tiduran lalu Adel malah pergi tanpa berbicara kepadanya. Evan hanya ingin keluarganya merasakan bahagia bukan keanehan seperti sekarang tapi Evan bisa apa untuk membalikan keadaan bahkan dirinya pun terjebak.
Gerakan kecil dari Gendis membuat Evan tersenyum lalu Gendis melihat sekelilingnya dan tak menemukan Adel ataupun kertas ditangannya.
"Adel kemana?" tanyanya melihat sekitar.
"Mencari aku, kak?" tanya Adel sudah di belakang Gendis otomatis kaget ketika menengok.
Yang lebih kaget lagi oleh penampilan Adel yang mirip anak geng motor dengan pakaian serba hitam dimulai dari jaket, celana sampai sepatu padahal yang Gendis ingat, penampilan Adel tidak begini. Ganti dimana anak ini menemukan pakaiannya?
"Ayo kak, aku sudah menemukan jalannya!" ajak Adel mengulurkan tangannya.
"Tapi kamu... Adel kan?" Gendis hanya menatap Adel tanpa mau membalas jabatan tangan.
Adel mengangguk. "Ayo!" katanya sambil tersenyum.
Gendis terdiam lalu melihat Evan dan Juli yang masih kaku ditempatnya. "Ayah dan ibu bagaimana?"
"Mereka akan baik-baik saja. Ayo kita pergi!" Adel kali ini menarik Gendis dan Gendis mengikutinya.
Ada yang tidak beres disini namun Gendis tidak bisa memilih untuk menetap karena Adel sekarang sangat... berbeda. Antara harus percaya atau menentang pun sangat sulit untuk diputuskan dengan baik.
Gendis yang mengikuti Adel kemudian diajak masuk ke sebuah rumah yang entah kapan munculnya. Ini sangat tidak masuk akal karena Adel sosok penakut dan panikan jadilah Gendis hanya diam diluar tanpa ikut masuk. Samar-samar suara minta tolong terdengar membuat Gendis masuk tanpa pikir panjang dan melupakan kalau dirinya dijebak.
"Selamat datang ditempat persembahan kami!" ucap seseorang dari tempat gelap membuat Gendis tersentak.
Disudut lain ada sosok Adel dengan tubuh terikat tali dan penampilannya pun tidak seperti geng motor lagi sehingga jadi pernyataan, siapa tadi yang mengajak Gendis kesini?
"Aku," sahut suara yang memang mirip dengan suara Adel dan mendekat pada Gendis.
"Adel? lalu dia siapa?" tanya Gendis mulai bingung.
"Dia Adel dan aku Adel yang lain," jawabnya tersenyum miring lalu berubah menjadi Gendis. Sontak Gendis mundur.
"Apa kamu takut? sementara aku ini adalah kamu."
Maksudnya bagaimana? Adel jadi dua bahkan Gendis sendiri juga ikutan jadi dua. Gendis sangat membenci situasi ini.
Tidak ada tanda-tanda selain ketakutan tipis kini raksasa berbaju hijau menunjukan wujudnya. Gendis bukan berada di rumah lagi tapi digantikan tempat terbuka seperti lapangan tanpa rerumputan dengan api di sekelilingnya. Api itu meredup lalu membesar sewaktu-waktu membuat Gendis mulai merasakan takut namun melihat keadaan Adel yang tidak baik-baik saja ketakutan itu mesti disingkirkan dengan perlahan Gendis berjalan ke arah Adel lalu membuka ikatan yang terpasang.
"Del, bangun dulu," pinta Gendis menepuk pipi Adel.