Lagi-lagi Adel dan Gendis ada di sebuah padang rumput hijau yang luas namun dipagari tembok sehingga keduanya seperti terjebak didalamnya. Kota Abada jelas bukanlah nama kota sebenarnya melainkan tempat tak berpenghuni yang ditinggalkan penduduknya namun beberapa sisanya jadi aneh entah karena apa.
Adel kembali meluruskan kakinya ditambah sepatunya sudah bolong tak karuan membuatnya kesal lalu melepaskannya untuk ditaruh disampingnya. Tadi sewaktu melompat api, sepatunya agak terbakar untungnya masih bisa dipadamkan dengan cara berlari, jika tidak, habis lah riwayat Adel saat itu juga.
"Kak sekarang pemandangannya berubah lagi," kata Adel merebahkan tubuhnya.
"Hmm."
Adel bangun lalu menoleh pada Gendis. "Hm aja? kayaknya kak Gendis mulai nyerah ya?" tebaknya.
"Kamu tau gak usah banyak nanya deh." Gendis sudah tidak tahu harus bagaimana.
Adel mengangguk. "Padahal aku lagi mencairkan suasana supaya gak kaku kek kanebo..."
"Yang jadi kanebonya kak Gendis," lanjut Adel terbahak dan Gendis membiarkan kicauan Adel bak burung tanpa disahuti lagipula Gendis sedang pusing memikirkan cara pulang langsung berada di dalam kamar akan membuatnya lebih baikan.
Adel berdiri. "Kak ayo jalan-jalan abaikan aja deh suasananya kan tujuan kita liburan jadi... apapun keadaannya kita nikmati aja!" ajak Adel mendadak semangat mengulurkan tangannya pada Gendis.
Gendis membalas uluran tangan Adel. "Oke," putusnya.
"Nah gitu dong, mau ke arah mana sekarang?" Adel kembali bertanya.
"Lurus terus belok kanan."
"Kalau zig-zag gimana?" Adel malah memberikan saran dan memerhatikan Gendis yang diam saja. "Kak Gendis!" panggilnya.
"Terserah kamu lah, aku ikut aja kali ini tapi jangan sampai kita ketemu orang berbaju hijau itu!" peringat Gendis tak mau ribet.
"Oke, tapi gak janji ya soalnya aku bukan peramal masa depan."
Berjalan zig-zag keduanya lakukan dan berhasil melihat beberapa rumah rusak tanpa penghuninya. Beberapa kali Adel memeriksa siapa tahu ada makanan namun yang ditemukan hanya batu. Mungkin sudah lama sekali kota ini ditinggalkan jadi sudah tidak ada sisa apapun di dalam runtuhan itu. Adel kembali berjalan zig-zag dan berhenti pada rumah pertama kali dirinya dan keluarganya berhenti sedangkan Gendis malah memperhatikan kelakuan Adel.
Karena Gendis berjalan seperti biasa jadi tidak bisa melihat rumah itu tapi setelah Adel menghilang baru Gendis panik dan mengikuti cara Adel berjalan hingga bisa melihat Adel pergi kemana. Hampir saja Gendis kehilangan jejak.
"Del, ngapain sih?" tanya Gendis penasaran dengan Adel lakukan di dalam rumah.
"Kak ini isi kopernya mau dibawa semua apa nggak?" jawabnya dari dalam rumah sambil sibuk merapikan barang-barang agar bisa dibawa semua.
Akhirnya Gendis ikut masuk dan memeriksa barang-barang yang Adel katakan memang semuanya milik keluarganya. Keadaannya utuh tanpa cacat kemudian Gendis menggeledah isi kopernya untuk mengambil senter sedangkan Adel mencoba mengangkut koper miliknya juga kedua orang tuanya yang menyebabkan Adel kesusahan berjalan karena berat.
Adel menyerah lalu duduk sambil memperhatikan Gendis yang masih mencari barang di kopernya. Tak juga berhenti Adel pun ikut melihat apa yang Gendis cari.
"Kak nyari apa sih?"
"Barang."
"Buat apa?"
"Jaga-jaga siapa tahu kita butuh." Gendis masih mengobrak-abrik isi kopernya.
"Kak!" panggil Adel sedikit keras hingga membuat Gendis menghentikan aktivitasnya.