Sepasang kekasih menjelajahi hutan perawan, tetapi sayangnya mereka jatuh dari tebing. Dalam kepanikan tergelincir, gadis itu meraih dahan, pemuda itu dengan putus asa meraih pergelangan kaki gadis itu, dan keduanya tergantung di tebing seperti ayunan. Tetapi rantingnya terlalu tipis, dan tidak mungkin untuk menanggung dua orang sekaligus. Ranting itu berderak dan terlihat patah. “Mungkin aku tidak bisa memberimu hadiah pernikahan, hati-hati!” Kata pemuda itu dengan berlinangan air mata, dan dia melompat dari tebing.
“Dia menggunakan hidupnya untuk mengekspresikan cintanya kepadaku.” Ketika gadis itu mengatakan ini, dia tersedak dengan air mata dan menangis. Dia adalah gadis yang masih hidup. Setiap hari, setiap hari, setelah menyelesaikan pekerjaan dan pekerjaan rumah, gadis itu pergi ke satu tempat: pemakaman tunangan. Di sana, dia duduk dengan tenang di atas lempengan batu, bermeditasi diam-diam, dan menggunakan jiwanya untuk berbicara dengan kekasihnya. Dia harus berharap bahwa aku hidup dengan baik, dan bahwa dia harus bersamanya. Untuk tujuan ini, gadis itu dengan sengaja memindahkan rumahnya yang tinggal di pusat kota ke pinggiran kota yang tenang. Gadis itu berkata: Semakin dekat dengannya, semakin nyaman.
Dalam 20 tahun, batu tulis tempat gadis itu duduk sedikit tersembunyi. Gadis itu berkata, itu karena mereka terlalu banyak bergumam dan membuat tahun-tahun berlalu.