Kisah ini kembali ke delapan belas tahun yang lalu. Dalam sebuah penjara kerajaan, tampak seoarang tahanan penjara yang sangat berantakan. Rambutnya panjang dan lusuh, wajahnya tertutupi kumis dan jenggot yang tebal, pakaiannya sangat kotor dan orang ini hanya memiliki satu lengan, yaitu lengan kanan.
Dari luar jeruji besi, datanglah dua orang penjaga yang mengeluarkan orang tadi dari dalam penjara dan membawanya ke suatu tempat di dalam istana. Sampai di atas dari istana tersebut, mereka menghadap seseorang yang sangat rupawan di sana.
"Baiklah para penjaga, kalian boleh keluar. Tinggalkanlah aku dengan orang ini," kata orang yang rupawan itu.
Seorang penjaga tadi menjawab, "Tapi Tuan, orang ini mungkin berbahaya."
"Jangan membantah perintahku dan cepatlah keluar. Apa kalian ingin membuang-buang waktuku?" kata yang rupawan tadi.
"B..., baik Paduka!" sahut kedua orang penjaga tadi dan mereka pun segera keluar.
Sang Rupawan melanjutkan bercakap-cakap dengan sang tahanan. "Ah... Tuan Lidah Emas, sudah berpuluh-puluh tahun berlalu dan aku sampai lupa kalau kau masih hidup di dalam penjara itu. Keturunan para Rasul memang berumur panjang ya?"
Sambil tersenyum, tahanan tadi menjawab, "Jadi rupanya, sekarang Anda sudah menjadi Raja?"
"Ya... kau benar, dan Tuan Lidah Emas, hari ini aku akan memberimu sebuah hadiah. Karena ayahku telah tiada, kau boleh bebas sekarang," tukas yang rupawan atau yang lebih tepatnya Raja dari Kerajaan Vatuvuri.
Dengan sangat terkejut dan gembira, Sang tahanan membalas, "Benarkah? apakah anda benar-benar akan membebaskanku kali ini?"
Berjalan ke singgasana, sang Raja duduk di sana dan tersenyum pada sang tahanan. Sang Raja berkata, "Hari ini aku adalah Raja baru dan aku bebas melakukan hal itu. Kau kubebaskan karena rasa terima kasihku. Bukankah dari dulu kita sudah berteman?"
"Iya, aku sangat menikmati hari-hari itu. Dahulu anda sering datang menjengukku di penjara. Terimakasih, itu adalah sebuah kehormatan," ujar sang tahanan.
Sambil tersenyum dan menyeringai, sang Raja berkata lagi, "Tuan Lidah Emas..., karena aksimu di hari itu, akhirnya ayahkulah yang melanjutkan tahta sebagai raja. Sekarang ayahku telah tiada dan hari ini aku pun menjadi raja. Secara tidak langsung, kaulah yang membuat semua ini menjadi nyata."
Si tahanan tersenyum dan dalam hatinya dia merasa gembira setengah mati. Terserahlah apa alasan dari kebebasannya itu, tapi bebas tetaplah bebas.
"Bersiaplah pulang! para pelayanku akan mengurusmu. Bila suatu hari nanti kau punya permintaan, datanglah lagi kemari menemuiku. Jangan sungkan karena kita adalah teman lama," kata sang Raja.
Hari itu pun selesai, akhirnya sang tahanan dibebaskan dari penjara. Sudah sangat lama dia dipenjara, dan hal itulah yang membuat hatinya sangat berbunga-bunga saat ini, karena akhirnya dia bisa pulang ke kampung halaman.
Beralih ke suatu tempat, di mulut sebuah gua tampak seorang kakek tua yang sedang berteduh karena di luar sedang hujan deras. Dari mulut gua itu, dia memantau beberapa ekor domba miliknya yang terkena hujan di luar.
Sempat akan tertidur di saat duduk memantau, alangkah terkagetnya si Kakek, karena jauh dari dalam gua terdengarlah suara tangisan seorang bayi.
"Ah, apakah aku sedang berhalusinasi?"
Kakek tua tidak ingin menghiraukan, tapi suara itu malah terdengar semakin jelas. Karena jadi merasa penasaran, akhirnya si kakek memutuskan untuk masuk jauh ke dalam gua yang gelap itu.