Kael berlari secepat yang ia bisa. Udara malam menusuk paru-parunya, tetapi ketakutan mendorongnya untuk terus bergerak. Di belakangnya, suara pertempuran terdengar—dentang logam bertemu cakar, raungan kesakitan, dan teriakan orang-orang yang melarikan diri dari desa yang terbakar.
Setelah beberapa mil, Kael terjatuh di tepi sungai, tubuhnya lelah dan jantungnya berdebar keras. Ia tak tahu harus ke mana. Namun, sebelum ia bisa mengatur napasnya, suara langkah berat mendekat.
Dari bayangan pepohonan, Sir Eldric muncul, jubah dan pedangnya berlumuran darah hitam dari makhluk yang mereka lawan sebelumnya. Tatapannya tajam, tetapi ada rasa prihatin di matanya.
"Kael, kau harus ikut denganku," kata Eldric. "Kau bukan anak biasa. Darah yang mengalir dalam dirimu bukan hanya manusia—kau adalah pewaris naga."
Kael menatapnya tak percaya. "Apa maksudmu? Aku hanya anak yatim biasa!"
Eldric menghela napas dan berlutut di depannya. "Ada alasan mengapa penjagal kegelapan menyerang desamu. Mereka diperintahkan untuk memburu siapa pun yang memiliki darah naga. Dan kau... kau adalah yang terakhir."
Kael menggenggam dadanya. Ia teringat momen-momen aneh dalam hidupnya—ketika ia jatuh dari pohon tinggi dan tak terluka, saat ia merasa tubuhnya lebih kuat dari anak-anak lain, dan saat ia merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya setiap kali ia marah.