Pewaris Tunggal

Indhalone
Chapter #2

Kebangkitan Penguasa Alam

Hutan semakin mencekam, para burung liar telah mengepakkan sayapnya untuk meninggalkan hutan kegelapan. Namun, bagi pengikut setia sang raja hutan kegelapan tentu berbondong-bondong menghampiri sinar biru yang menembus cakrawala. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi. 

"My King.... " Dion berlutut dengan tangan kanan tertekuk ke lututnya sementara tangan kirinya memegang pedang yang disematkan ke tanah. 

Beberapa Makhluk Astral yang selalu berjaga di sekeliling gundukan itu telah bersujud menyambut kebangkitan Sang Raja, menantikan kutukan itu dipatahkan oleh keturunan Bangsa Axon murni ( jiwa murni). Darah yang mengalir dari pedang Rotes Drachenschwert atau biasa dipanggil pedang Rodra, pedang sakti milik Raja Kegelapan (Ryan) bukan hanya membangkitkannya namun ia juga bisa menambah kekuatan Sang Raja. 

"Ahhh ... akhirnya hari ini tiba, aku terbebas dari penjara sialan ini, sudah berapa tahun aku tertidur?" tanya Ryan kepada pengikut setianya. 

Ryan pun membentangkan kedua tangannya dengan menutup mata, lalu menghirup oksigen dunia sebanyak-banyaknya. Penampilannya masih sama seperti dulu, badan yang kekar rambut sepunggung tapi terikat. Baju perang dengan jubah yang menjuntai ke tanah, wajahnya oval dengan rahang yang keras, hidung mancung, sementara bola matanya berwarna biru bak langit cerah. 

"My King, selamat atas kebangkitannya. Sudah 500 tahun My King tertidur di pembaringan." Dion sang panglima perang menyambutnya. 

Ryan merasakan kekuatan besar masih aktif di sekelilingnya. Ia pun menoleh ke arah sumber kekuatan dan harus mengisap aura itu untuk menetralkan kekuatan dan mengembalikan kesegaran tubuhnya yang terpendam selama beberapa abad. Ryan mengayunkan tangan seolah memanggil pedang Rodra kesayangannya yang selalu menemani perangnya, entah berapa jiwa yang telah direnggut oleh pedang itu. 

"Apa wanita bertubuh mungil itu yang membangunkan aku? " 

"Benar, My King. Bukan hanya membangkitkanmu ia juga bisa menemukan dan mencabut pedang Rodra, " terang Dion. 

"Benar, dia adalah mateku. Rodra tak biasa sepatuh ini jika tak merasakan auraku di tubuh wanita mungil itu." Ryan memerhatikan Alita dengan tangannya menyentuh dagu. 

Lihat selengkapnya