“Buang saja bayi itu!”
Suara ketus pria itu memantul di dinding batu. Dinginnya seperti es di punggung Lian Hua.
“Tapi ini darahmu sendiri, Ketua Zhang,” bisiknya gemetar. “Dia… anakmu.”
Zhang Wei Jun memalingkan wajah, jijik. “Aku tak butuh anak perempuan. Sekte Mawar Hitam hanya menerima pewaris laki-laki.”
Lian Hua menunduk. Di pelukannya, bayi mungil itu menangis pelan. Baru saja lahir tapi ia tak tahu bahwa dunia sudah memilih untuk membunuhnya.
Saat itu, pintu ruang batu berderit terbuka. Seorang anak buah Zhang Wei Jun masuk dengan tergesa, lalu berlutut.
“Ketua! Kabar baru datang. Sekte Teratai Berdarah baru saja melahirkan pewaris… seorang anak laki-laki.”
Mata Zhang Wei Jun menyipit, cahaya ambisi berkilat di dalamnya. Ia menoleh pada Lian Hua dan bayi itu.
“Anak lelaki, katamu?” gumamnya. Senyumnya tipis, dingin.
Ia berdiri, jubahnya berkibar. “Itu yang seharusnya menjadi pewaris Sekte Mawar Hitam.”
Ia menatap tajam ke arah Lian Hua. “Ambil bayi itu. Aku akan menamakan dia Zhang Wuying. Dan yang ini…” jari telunjuknya menunjuk bayi perempuan di pelukan Lian Hua “buat dia menghilang.”
Lian Hua menggigit bibirnya, hatinya berperang. Lama.
Akhirnya ia hanya mengangguk pelan.
Malam itu, Dengan bayi mungil di pelukannya, ia berlari menembus kegelapan. Hujan deras menutupi jejak, tapi rasa takut tetap memburu. Di balik dada kecil bayi itu, ada rahasia yang bisa mengguncang dunia persilatan.
****
Bertahun-tahun kemudian.
Siang hari yang terik.
Matahari menggantung tinggi di langit tanpa belas kasihan, sementara dunia persilatan tetap bergerak dalam bayang-bayang.
Empat sekte besar menguasai tanah ini. Sekte Mawar Hitam, paling ditakuti, dengan pendekar yang anggun namun mematikan; kipas dan pedang mereka bisa merenggut nyawa hanya dengan satu kibasan. Di sisi lain, Sekte Teratai Berdarah, dulunya sekutu, kini haus darah dan memburu lawan tanpa belas kasihan.