Setelah membantu Damar dan jiwa-jiwa lain menemukan jalan pulang, Arunika dan Ron kembali ke desa dengan perasaan campur aduk. Meskipun mereka telah berhasil membantu beberapa jiwa terperangkap, ketegangan di dalam diri Arunika masih terasa. Dia tahu bahwa masih ada kegelapan lain yang menunggu untuk dihadapi.
Malam itu, saat duduk di beranda rumah neneknya, Arunika merenungkan semua yang telah terjadi. Dia merasa lebih kuat, tetapi juga lebih sadar akan tanggung jawab yang kini ada di pundaknya. Setiap jiwa yang mereka bantu membawa harapan baru, tetapi juga menambah beban emosional yang harus dia hadapi.
“Arun,” suara Ron memecah lamunan Arunika. “Kau baik-baik saja?”
“Ya,” jawab Arunika sambil tersenyum tipis. “Hanya saja aku merasa ada sesuatu yang belum selesai.”
Ron mengangguk, tampak mengerti. “Aku juga merasakannya. Sepertinya masih ada jiwa lain yang membutuhkan bantuan kita.”
Mereka berdua sepakat untuk kembali ke hutan keesokan harinya. Tetapi sebelum itu, Arunika merasa perlu berbicara dengan Nenek Laras tentang apa yang mereka alami. Dia ingin mendapatkan nasihat dan bimbingan dari neneknya sebelum melanjutkan pencarian.
Keesokan harinya, setelah sarapan, Arunika dan Ron mendatangi Nenek Laras. Mereka menemukan neneknya sedang duduk di beranda, menatap jauh ke arah hutan.
“Nenek,” panggil Arunika sambil mendekat. “Kami ingin berbicara tentang jiwa-jiwa yang masih terperangkap.”
Nenek Laras menoleh dan mengangguk pelan. “Aku sudah mendengar tentang apa yang kalian lakukan. Kalian sangat berani.”
“Kami merasa masih ada yang belum selesai,” kata Ron. “Kami ingin tahu bagaimana cara membantu jiwa-jiwa lainnya.”
Nenek Laras menghela napas panjang. “Kegelapan tidak akan pernah sepenuhnya sirna. Setiap jiwa memiliki cerita dan beban mereka sendiri. Terkadang, mereka tidak bisa menemukan jalan keluar karena ketakutan atau penyesalan yang mendalam.”
“Bagaimana jika mereka tidak mau pergi?” tanya Arunika.
“Jika mereka tidak mau pergi, kamu harus menemukan cara untuk membantu mereka menyadari keadaan mereka,” jawab neneknya tegas. “Kadang-kadang, jiwa-jiwa itu hanya perlu didengar dan dipahami.”
Arunika merasa terinspirasi oleh kata-kata neneknya. Dia tahu bahwa dia dan Ron harus melanjutkan pencarian mereka dengan hati terbuka dan siap untuk mendengarkan setiap cerita.