Setelah membantu jiwa-jiwa terperangkap di dalam gua, Arunika dan Ron merasa seolah-olah mereka telah mencapai puncak dari perjalanan mereka. Namun, saat mereka berbalik untuk meninggalkan gua, ketegangan kembali menyelimuti suasana. Arunika merasakan getaran aneh di udara—sebuah panggilan dari kegelapan yang belum sepenuhnya sirna.
“Ron,” bisiknya, suaranya bergetar. “Ada sesuatu yang tidak beres.”
Ron menatapnya dengan serius. “Kita harus pergi dari sini. Jika ada sesuatu yang mengintai, kita tidak boleh mengambil risiko.”
Tetapi sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, suara gemuruh terdengar dari dalam gua, membuat dinding bergetar dan menimbulkan debu dari langit-langit. Arunika dan Ron saling berpandangan, ketakutan menyergap mereka.
“Siapa di sana?” teriak Arunika, suaranya bergema di dinding gua.
Dari kegelapan yang lebih dalam, sosok besar mulai muncul—bayangan gelap dengan mata merah menyala yang menatap tajam ke arah mereka. Arunika merasakan jantungnya berdegup kencang; ini adalah kegelapan yang selama ini mereka rasakan—kegelapan yang mungkin lebih kuat daripada apa pun yang pernah mereka hadapi sebelumnya.
“Siapa kalian?” suara berat dan mengerikan itu menggema di dalam gua. “Mengapa kalian mengganggu tempat ini?”
“Kami tidak bermaksud mengganggu,” jawab Ron dengan suara tegas meskipun ketakutan menyelimuti dirinya. “Kami hanya ingin membantu jiwa-jiwa terperangkap.”
Sosok itu tertawa sinis, suaranya menggema seperti guntur. “Bantu? Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi! Jiwa-jiwa ini adalah milikku! Mereka terjebak di sini karena kesalahan mereka sendiri!”
Arunika merasa kemarahan dan ketidakadilan membara dalam dirinya. “Mereka tidak seharusnya terjebak selamanya! Setiap orang pantas mendapatkan kesempatan kedua!”
Sosok itu mendekat, bayangannya semakin besar dan menakutkan. “Kau pikir kau bisa membebaskan mereka? Kau hanya seorang gadis kecil yang tidak tahu apa-apa tentang kegelapan!”
Arunika merasakan ketakutan menyelimuti hatinya, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap berdiri teguh. “Aku mungkin tidak tahu segalanya, tetapi aku tahu bahwa setiap jiwa memiliki hak untuk menemukan kedamaian!”
Dengan keberanian baru, Arunika melangkah maju, bersiap untuk menghadapi kegelapan itu. Dia ingat semua jiwa yang telah dia bantu—semua harapan dan cinta yang telah mereka bagi. Dia tidak bisa membiarkan sosok ini menghancurkan semua itu.
“Jika kamu ingin melawan kami,” kata Arunika dengan suara lantang, “maka kami akan melawanmu!”