Setelah keluar dari gua, Arunika dan Ron merasakan beban yang terasa lebih ringan di hati mereka. Meskipun mereka telah menghadapi kegelapan yang menakutkan, mereka juga telah menemukan kekuatan dalam diri mereka dan dalam hubungan dengan jiwa-jiwa yang telah mereka bantu. Namun, saat melangkah pulang menuju desa, Arunika tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang menggelayuti pikirannya.
“Apakah kita benar-benar sudah selesai?” tanya Arunika saat mereka berjalan menyusuri jalan setapak yng familiar. “Aku merasa seolah-olah ada sesuatu yang masih belum terpecahkan.”
Ron menatapnya dengan serius. “Aku juga merasakannya. Mungkin ada lebih banyak jiwa yang perlu kita bantu, atau mungkin ada hal lain yang harus kita hadapi.”
Arunika mengangguk, menyadari bahwa meskipun mereka telah berhasil membantu beberapa jiwa terperangkap, masih ada banyak hal yang harus dipelajari dan dihadapi. Dia merasa bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang membebaskan jiwa-jiwa lain, tetapi juga tentang menemukan jati dirinya sendiri.
Sesampainya di desa, mereka disambut oleh suasana tenang dan damai. Penduduk desa tampak beraktivitas seperti biasa, tetapi Arunika merasakan perbedaan—sebuah perasaan bahwa kegelapan yang pernah menyelimuti desa itu mulai memudar.
Mereka berdua memutuskan untuk mampir ke rumah Nenek Laras. Arunika ingin berbagi pengalaman mereka dan mendiskusikan langkah selanjutnya. Saat memasuki rumah neneknya, aroma masakan neneknya menyambut mereka.
“Nenek!” panggil Arunika sambil tersenyum. “Kami kembali!”
Nenek Laras keluar dari dapur dengan senyum hangat di wajahnya. “Anakku! Apa kabar? Aku merasakan energi positif dari kalian.”
“Kami berhasil membantu beberapa jiwa terperangkap,” kata Ron dengan semangat. “Tapi kami merasa masih ada sesuatu yang belum selesai.”
Nenek Laras mengangguk, ekspresinya menunjukkan pemahaman mendalam. “Kegelapan tidak akan pernah sepenuhnya sirna. Setiap jiwa memiliki cerita dan beban mereka sendiri. Terkadang, mereka tidak bisa menemukan jalan keluar karena ketakutan atau penyesalan yang mendalam.”
“Jadi apa yang harus kami lakukan selanjutnya?” tanya Arunika.
“Kamu harus terus mendengarkan suara hati kalian,” jawab neneknya tegas. “Kadang-kadang, jawaban terbaik datang dari dalam diri kita sendiri.”
Arunika merenungkan kata-kata neneknya. Dia tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang menghadapi kegelapan luar, tetapi juga tentang memahami dirinya sendiri—tentang menerima masa lalu dan belajar untuk melanjutkan hidup.