Phantoms Eclipse

Penulis N
Chapter #15

Bab 15

Setelah menghadapi sosok kegelapan dan membebaskan jiwa-jiwa terperangkap, Arunika dan Ron merasa seolah-olah mereka telah mencapai puncak dari perjalanan mereka. Namun, saat melangkah pulang menuju desa, Arunika tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang menggelayuti pikirannya. Dia tahu bahwa meskipun mereka telah membantu banyak jiwa, masih ada bayangan dari masa lalu yang mungkin belum sepenuhnya sirna.

Keesokan harinya, Arunika memutuskan untuk kembali ke hutan. Dia ingin menjelajahi area baru dan mencari tahu apakah ada jiwa-jiwa lain yang membutuhkan bantuan. Dengan semangat baru dan Kristal Harapan yang bersinar di tangannya, Arunika merasa siap menghadapi tantangan apa pun yang mungkin menanti.

Saat memasuki hutan, suasana terasa tenang dan damai. Namun, semakin dalam mereka berjalan, semakin Arunika merasakan ketegangan di udara. Ada sesuatu yang tidak beres—sebuah kehadiran gelap yang mengintai dari jauh.

“Ron,” kata Arunika pelan sambil memperlambat langkahnya. “Apakah kau merasakan itu?”

Ron menatap sekeliling, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. “Ya, aku merasakannya. Sepertinya ada sesuatu di dekat sini.”

Mereka terus berjalan dengan hati-hati hingga tiba di sebuah area terbuka yang dikelilingi oleh pepohonan tinggi. Di tengah area itu terdapat sebuah batu besar dengan ukiran aneh—simbol-simbol yang tampak kuno dan misterius.

“Lihat!” seru Ron sambil menunjuk ke arah batu tersebut. “Apa itu?”

Arunika mendekat dan melihat ukiran-ukiran pada batu itu—gambar-gambar yang tampaknya menggambarkan perjuangan antara cahaya dan kegelapan.

“Ini mungkin tempat suci atau tempat pemujaan,” kata Arunika sambil menyentuh permukaan batu itu dengan hati-hati.

Saat dia menyentuh batu tersebut, sebuah getaran lembut terasa mengalir melalui tubuhnya—seolah-olah batu itu memiliki energi hidup tersendiri. Dia merasakan ikatan kuat antara dirinya dan tempat ini; seolah-olah ada sesuatu yang memanggilnya untuk menggali lebih dalam.

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari dalam hutan—sebuah suara berat yang membuat dinding pepohonan bergetar. Arunika dan Ron saling berpandangan, ketakutan menyergap mereka.

“Siapa di sana?” tanya Arunika dengan suara bergetar.

Dari kegelapan hutan, sosok besar mulai muncul—bayangan gelap dengan mata merah menyala yang menatap tajam ke arah mereka.

“Kau kembali lagi!” suara berat dan mengerikan itu menggema di dalam hutan. “Mengapa kalian terus mengganggu tempat ini?”

“Kami hanya ingin membantu jiwa-jiwa terperangkap!” seru Ron dengan suara tegas meskipun ketakutan menyelimuti dirinya.

Sosok itu tertawa sinis, suaranya menggema seperti guntur. “Bantu? Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi! Jiwa-jiwa ini adalah milikku! Mereka terjebak di sini karena kesalahan mereka sendiri!”

Lihat selengkapnya