Arunika dan Ron melangkah keluar dari hutan dengan perasaan lega setelah menghadapi sosok kegelapan yang mengintai mereka. Meskipun telah membebaskan banyak jiwa yang terperangkap, di hati Arunika masih tersisa kegelisahan—seolah ada bagian dari dirinya yang belum sepenuhnya pulih. Ia mulai menyadari bahwa perjalanan ini bukan sekadar menolong orang lain, melainkan juga tentang mengenali dan menyembuhkan luka dalam dirinya sendiri.
Setelah kembali ke desa, Arunika memutuskan untuk berbicara dengan Nenek Laras. Dia ingin mendapatkan nasihat dan bimbingan mengenai langkah selanjutnya dalam hidupnya. Saat tiba di rumah neneknya, Arunika menemukan neneknya sedang duduk di beranda dengan senyum hangat di wajahnya.
“Anakku! Apa kabar hari ini?” tanya Nenek Laras.
“Aku merasa lebih baik, Nenek,” jawab Arunika sambil duduk di samping neneknya. “Kami berhasil membantu banyak jiwa terperangkap.”
Nenek Laras mengangguk penuh bangga. “Kamu telah melakukan hal yang luar biasa, Arunika. Namun, ingatlah bahwa perjalananmu belum berakhir.”
“Aku tahu,” kata Arunika dengan tegas. “Aku ingin terus membantu orang-orang—bukan hanya jiwa-jiwa terperangkap tetapi juga orang-orang di desa kita.”
Nenek Laras tersenyum lembut. “Itulah semangat yang baik. Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan pelajaran dan pengalaman baru. Jangan pernah berhenti mencari cahaya dalam dirimu sendiri.”
Setelah berbincang lebih lanjut dengan neneknya, Arunika merasa terinspirasi untuk melakukan lebih banyak hal bagi desanya. Dia ingin mengajak Ron untuk menyebarkan harapan dan kebangkitan kepada semua penduduk desa yang mungkin masih terjebak dalam kegelapan mereka sendiri.