Phantoms Eclipse

Penulis N
Chapter #24

Bab 24

Setelah pertemuan yang menginspirasi di desa, Arunika dan Ron memutuskan untuk kembali ke hutan. Mereka merasa bahwa meskipun banyak jiwa telah dibebaskan, masih ada beberapa yang terjebak dalam kegelapan, menunggu untuk dibantu. Dengan semangat baru dan Kristal Harapan yang bersinar di tangan Arunika, mereka melangkah ke dalam hutan dengan tekad.

Saat mereka memasuki hutan, suasana terasa lebih tenang dari sebelumnya. Namun, Arunika merasakan ketegangan di udara—seolah-olah ada sesuatu yang mengintai dari kegelapan. Dia tahu bahwa perjalanan ini akan membawa mereka menghadapi tantangan baru.

“Mari kita tetap waspada,” kata Ron sambil memperhatikan sekeliling.

Mereka mengikuti jalan setapak hingga tiba di sebuah area terbuka yang dikelilingi oleh pepohonan tinggi. Di tengah area itu terdapat sebuah batu besar dengan ukiran aneh—simbol-simbol yang tampak kuno dan misterius.

“Lihat!” seru Arunika sambil menunjuk ke arah batu tersebut. “Apa itu?”

Ron mendekat dan melihat ukiran-ukiran pada batu itu—gambar-gambar yang tampaknya menggambarkan perjuangan antara cahaya dan kegelapan.

“Ini mungkin tempat suci atau tempat pemujaan,” kata Ron sambil menyentuh permukaan batu itu dengan hati-hati.

Saat Ron menyentuh batu tersebut, sebuah getaran lembut terasa mengalir melalui tubuhnya—seolah-olah batu itu memiliki energi hidup tersendiri. Arunika merasakan ikatan kuat antara dirinya dan tempat ini; seolah-olah ada sesuatu yang memanggilnya untuk menggali lebih dalam.

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari dalam hutan—sebuah suara berat yang membuat dinding pepohonan bergetar. Arunika dan Ron saling berpandangan, ketakutan menyergap mereka.

“Siapa di sana?” tanya Arunika dengan suara bergetar.

Dari kegelapan hutan, sosok besar mulai muncul—bayangan gelap dengan mata merah menyala yang menatap tajam ke arah mereka.

“Kau kembali lagi!” suara berat dan mengerikan itu menggema di dalam hutan. “Mengapa kalian terus mengganggu tempat ini?”

“Kami hanya ingin membantu jiwa-jiwa terperangkap!” seru Ron dengan suara tegas meskipun ketakutan menyelimuti dirinya.

Sosok itu tertawa sinis, suaranya menggema seperti guntur. “Bantu? Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi! Jiwa-jiwa ini adalah milikku! Mereka terjebak di sini karena kesalahan mereka sendiri!”

Arunika merasakan kemarahan dan ketidakadilan membara dalam dirinya. “Mereka tidak seharusnya terjebak selamanya! Setiap orang pantas mendapatkan kesempatan kedua!”

Lihat selengkapnya