Setelah berbagi pengalamannya di kolam suci, Arunika merasakan semangat baru mengalir dalam dirinya. Penduduk desa tampak bersemangat untuk bersatu, dan mereka mulai merencanakan berbagai kegiatan untuk memperkuat ikatan komunitas. Arunika tahu bahwa ini adalah langkah penting untuk menjaga cahaya tetap hidup di antara mereka.
Hari-hari berlalu, dan Arunika bersama Ron dan penduduk desa mengadakan berbagai acara—mulai dari festival kecil hingga pertemuan rutin di alun-alun. Mereka berbagi cerita, menyanyikan lagu-lagu, dan saling mendukung dalam perjalanan hidup masing-masing. Suasana di desa semakin ceria, dan Arunika merasakan kebahagiaan yang mendalam saat melihat komunitasnya tumbuh.
Namun, di balik semua kebahagiaan itu, Arunika tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Dia tahu bahwa kegelapan tidak akan pernah sepenuhnya hilang; itu adalah bagian dari kehidupan. Dia merasa perlu untuk tetap waspada dan siap menghadapi tantangan yang mungkin datang.
Suatu malam, saat duduk di beranda rumah neneknya, Arunika merenungkan semua yang telah terjadi. Dia merasa bersyukur atas dukungan Ron dan semua penduduk desa, tetapi dia juga tahu bahwa dia harus terus belajar dan tumbuh.
“Ron,” panggilnya saat sahabatnya mendekat. “Apa kau pernah berpikir tentang bagaimana kita bisa lebih siap menghadapi kegelapan yang mungkin kembali?”
Ron mengangguk pelan. “Aku pikir kita perlu terus berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan satu sama lain. Kita harus saling mendukung agar tidak ada yang merasa sendirian.”
“Benar,” jawab Arunika. “Kita juga bisa mencari cara untuk memperkuat ikatan kita dengan alam—mungkin dengan mengunjungi tempat-tempat suci lainnya atau melakukan ritual bersama.”
Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk menjelajahi hutan lagi—kali ini dengan tujuan menemukan lebih banyak tempat suci yang dapat membantu memperkuat komunitas mereka. Dengan semangat baru, mereka membawa beberapa penduduk desa untuk bergabung dalam pencarian ini.