Phantoms Eclipse

Penulis N
Chapter #48

Bonus 2

Pagi itu, kabut tipis menyelimuti desa kecil tempat Arunika dan Ron tinggal. Udara pagi yang dingin dan segar membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru saja disiram embun. Suasana sunyi dan tenang menyambut mereka saat keduanya bersiap untuk memasuki hutan lama yang telah lama menjadi bagian dari kenangan masa kecil mereka.

Setelah beberapa minggu beristirahat dan menata kembali hidup di desa, Arunika merasa ada sesuatu yang memanggilnya untuk kembali ke hutan itu. Tempat yang dulu penuh keceriaan kini terasa menyimpan misteri dan rahasia yang belum terungkap. Ron, sahabatnya sejak kecil, dengan antusias setuju untuk menemani perjalanan ini.

“Sudah siap, Arun?” tanya Ron sambil tersenyum cerah, mengenakan jaket tebal dan membawa ransel kecil yang berisi bekal.

Arunika mengangguk, merasakan campuran antara semangat dan sedikit kegelisahan. “Siap. Aku rasa kita memang harus kembali ke sini. Ada banyak hal yang harus kita pahami.”

Mereka mulai berjalan menyusuri jalan setapak yang mengarah ke dalam hutan. Pepohonan tinggi menjulang di kanan dan kiri, menciptakan kanopi alami yang meneduhkan. Cahaya matahari pagi menembus celah-celah dedaunan, menari-nari di atas tanah yang lembap. Suara burung berkicau dan gemerisik dedaunan menambah suasana damai yang mengiringi langkah mereka.

“Dulu, hutan ini adalah tempat kita bermain dan bermimpi,” kata Ron sambil menatap sekeliling dengan mata penuh nostalgia. “Sekarang, aku merasa hutan ini menyimpan banyak rahasia yang belum kita ketahui.”

Arunika mengangguk setuju. “Aku juga merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang menarikku untuk kembali ke sini, untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengganjal.”

Mereka melangkah lebih dalam ke dalam hutan, mengikuti jejak-jejak kecil yang dulu sering mereka lalui saat masih anak-anak. Setiap langkah membawa mereka ke sudut-sudut yang penuh kenangan—sebuah batu besar tempat mereka sering duduk, sebuah sungai kecil yang jernih mengalir, dan sebuah pohon tua yang menjulang tinggi, yang selalu menjadi tempat mereka berteduh.

Saat tiba di sebuah lapangan kecil yang dikelilingi pepohonan rimbun, mereka menemukan sebuah batu besar yang permukaannya tertutup lumut dan ukiran-ukiran kuno yang samar. Ron menghampiri batu itu dan menyentuh ukiran tersebut dengan hati-hati.

“Apa ini, Arun?” tanya Ron, matanya menatap penuh rasa ingin tahu.

Lihat selengkapnya