Phantoms Eclipse

Penulis N
Chapter #50

Bonus 4 END

Malam itu, desa kecil yang menjadi tempat tumbuh kembang Arunika dan Ron diselimuti oleh keheningan yang berbeda dari biasanya. Udara malam terasa sejuk dan segar, dengan angin lembut yang berhembus membawa aroma bunga-bunga liar dan tanah basah. Cahaya rembulan menyinari atap-atap rumah kayu yang sederhana, menciptakan bayangan yang menari-nari di tanah.

Di tengah alun-alun desa, Arunika berdiri dengan tenang, dikelilingi oleh penduduk desa yang telah menjadi keluarganya. Wajah-wajah mereka memancarkan harapan dan ketulusan, meskipun perjalanan panjang yang mereka lalui tidak selalu mudah. Kristal Harapan yang tergantung di leher Arunika memancarkan cahaya hangat, seolah menjadi simbol kekuatan dan semangat yang menyatukan mereka semua.

Arunika menarik napas dalam-dalam, merasakan getaran energi positif yang mengalir di antara mereka. Ia tahu malam ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan momen penting untuk merayakan perjalanan yang telah mereka lalui bersama—perjalanan yang penuh tantangan, air mata, tawa, dan harapan.

“Teman-teman,” suara Arunika terdengar jelas dan penuh keyakinan, “perjalanan kita bukan hanya tentang menghadapi kegelapan yang ada di luar sana. Lebih dari itu, ini adalah tentang bagaimana kita bisa menyatukan hati, menguatkan satu sama lain, dan menyalakan cahaya yang takkan pernah padam.”

Ron berdiri di sampingnya, menatap ke arah kerumunan dengan senyum bangga dan penuh haru. “Kita telah melewati banyak ujian bersama, dan setiap langkah yang kita ambil membawa kita lebih dekat pada kedamaian sejati. Malam ini, kita rayakan bukan hanya kemenangan atas kegelapan, tapi juga kekuatan cinta dan kebersamaan kita.”

Penduduk desa saling bertukar pandang, merasakan kehangatan yang terpancar dari kata-kata itu. Banyak dari mereka yang sebelumnya merasa putus asa kini mulai melihat masa depan dengan mata yang berbeda—mata yang penuh harapan dan keberanian.

Malam itu, mereka mengadakan sebuah ritual sederhana namun penuh makna. Arunika memimpin penduduk desa untuk menyalakan lilin-lilin kecil yang telah mereka siapkan. Satu per satu, lilin itu dinyalakan dan diletakkan mengelilingi alun-alun, membentuk lingkaran cahaya yang hangat dan menenangkan.

Lihat selengkapnya