Jam menunjukkan pukul lima pagi. Di saat orang lain masih berada di alam mimpi, aku sudah sangat siap untuk berangkat ke kampus walau dengan tampilan yang super duper tak keruan. Hari ini adalah OSPEK hari pertama di kampusku, calon kampus maksudnya. Kata Kakak-Kakak senior, kami masih calon mahasiswa, belum resmi jadi mahasiswa sampai OSPEK ini selesai. Baiklah. Senior tidak pernah salah.
Jujur, aku tidak terlalu excited dengan kegiatan ini. Aku harus mempersiapkan diriku untuk masuk ke dalam lubang perpoloncoan selama tiga hari. Masa orientasi sewaktu aku masuk SMA saja sudah berat, apalagi kuliah. Pasti makin-makin deh.
Untungnya pada saat pembagian kelompok OSPEK kemarin, aku bertemu dengan salah satu pria yang harus ku akui, aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Bukan senior idola kampus, tapi teman seangkatan. Namanya adalah Gevariel Caesar, panggilannya Geva, and Thank God aku satu kelompok dengannya. Jodoh pasti bertemu. Dialah orang yang berhasil membangkitkan semangatku untuk mengikuti kegiatan ini. Tidak apa-apa dipelonco, yang penting bisa lihat wajah imutnya. Bucin ? Bodo amat.
“Ziva ! Sarapan dulu Nak sebelum berangkat. Mama sudah siapin nih.” teriak Mamaku dari lantai bawah.
“Iya Ma.” jawabku juga berteriak.
Aku segera turun dengan atribut OSPEK dari ujung kepala hingga ujung kaki tubuhku. Rambut dikuncir sepuluh dengan karet warna warni, sepatu kiri hitam, kanan putih, kaus kaki tiga puluh sentimeter, papan nama karton yang digantung dengan tali rafia dan tas selempang dari karung beras. Kalau aku berjalan sendirian di jalanan, aku mungkin sudah ditangkap satpol PP.
“Ziv, sumpah yah, lo cantik banget hari ini.” ledek Mba Shena setelah melihatku turun dengan penampilan ini.
“Hus diam lo !” balasku jutek.
Mba Shena adalah Kakak perempuanku satu-satunya, kami beda tiga tahun. Dulu waktu aku masih sekolah, aku rela bangun sepagi ini hanya untuk meledeknya sebelum berangkat OSPEK. Sekarang keadaan berbalik, dan malah penampilanku saat ini lebih tak enak dipandang mata dibandingkan dengan OSPEK Mba Shena dulu. Karma itu nyata guys.
“Vitamin juga diminum. Biar kamu kuat.” kata Papa lalu menyeruput kopi.
“Siap kapten.” balasku sambil melakukan pose hormat.
“Adik kelas gue pas SMA salah satu senior lo di Farmasi. Gue sudah suruh dia ngerjain lo habis-habisan. Baik kan gue ?” kata Mba Shena sok manis.
“Baik banget Kakak gue ini. Makasih yah. Gue doain skripsi lo nggak kelar-kelar !” balasku tak kalah manisnya.