Satu hari yang bagaikan satu bulan ini berakhir juga. Masih ada dua hari kedepan yang mau tidak mau harus dihadapi.
Aku dijemput oleh Mba Shena, kebetulan dia baru saja selesai bimbingan skripsi di rumah dosen pembimbingnya yang searah dengan kampusku. Baru saja aku membuka pintu mobil dan menampakkan wajahku di hadapannya, tawa Mba Shena langsung pecah.
“Kenapa lo ketawa ?” tanyaku sinis. Jangan berani macam-macam sama orang capek. Senggol bacok.
“Nggak apa-apa.” balas Mba Shena yang langsung menutup mulutnya kemudian mengalihkan pandangannya ke depan.
Aku pun masuk dan kemudian langsung bersandar di jok mobil Mba Shena. Rasanya seperti surga dunia. Setelah di suruh jalan jongkok dua kali dan membersihkan hampir seluruh area kampus, akhirnya aku bisa menyenderkan punggungku yang hampir encok ini.
“Tadi gue mampir beliin lo minuman dingin. Tuh di belakang.” kata Mba Shena sambil melirikkan matanya ke kursi penumpang di belakang.
“Thanks ya.” balasku dan kemudian mengambil minuman itu di belakang.
Walaupun resek, tapi Mba Shena memang sangat baik. Ia selalu perhatian kepadaku. Akunya justru yang kadang sekali memperhatikannya. Adik durhaka. Aku akui itu.
Aku membuka penutup botol dan kemudian meneguknya.
“Sudah ngaca belum lo ? Ngaca gih.” suruh Mba Shena dengan gerak gerik mencurigakan.
Aku pun menurunkan sun visor mobil di hadapanku, kemudian membuka cermin di dalamnya.
“Astaga naga kambing kuda ayam. Muka gue kenapa jadi kayak nenek lampir kesambet petir gini sih ?” rengekku sambil mencak-mencak.
Aku memang pergi dengan penampilan yang aneh. Tapi setidaknya, wajahku masih fresh, masih enak dilihat. Tapi sekarang ? Wajahku kusam, minyaknya sudah bisa dipakai untuk menggoreng tempe. Rambutku yang diikat sudah acak-acakkan. Geva berarti dari tadi lihat aku dengan penampilan kayak gini dong ? Aduhhh…Illfeel nggak ya dia ?
“Namanya juga OSPEK. Kalau lo pulang masih cantik, berarti lo kabur nggak ikut OSPEK.” kata Mba Shena santai.
Kalau dipikir-pikir benar juga sih. Kalau di film beauty and the beast, beast-nya berubah jadi tampan. Dalam realita OSPEK, pergi beauty pulang jadi beast.
*****