Pharmaceutical Love

Shinta Jolanda Moniaga
Chapter #14

Kelas Senior

“Barusan Talia minta nomor handphone lo tuh ke gue.” kata Mba Shena sambil mengambil cemilan di toples.

Aku yang sedang tiduran di sofa ruang tamu sambil menonton TV, langsung mengambil posisi duduk. “Ha ? Buat apa ?”

 “Mana gue ta..u” balas Mba Shena mengangkat kedua bahunya.

Kak Talia adalah adik kelas Mba Shena sewaktu SMA, dia juga adalah salah satu seniorku di Farmasi. Sewaktu OSPEK kemarin, Kak Talia lah yang selalu menolongku dari jeratan-jeratan senior kejam lainnya. Malaikat lah pokoknya.

Tak selang berapa lama, masuk sebuah pesan baru diponselku.

Talia         : Malam De. Ini Kak Talia.

Ziva          : Malam Kak. Iya ada apa Kak ?

Talia         : Besok ada waktu free nggak De ? Bisa ketemuan ?

Ziva          : Oh bisa Kak. Kebetulan besok kelas cuman sampai jam sebelas.

Talia         : Ya udah kalau gitu besok kita ketemuan di kelas aku ya ? Ajak Neta juga sekalian.

Ziva          : Oke Kak, siap.

Chat dari Geva ya ?” goda Mba Shena.

Mba Shena memang sering memergokiku ketika sedang berbalas pesan atau video call dengan Geva. Nggak tahu aja dia, kalau adiknya ini habis menerima kenyataan pahit. Pare aja kalah pahitnya.

“Bukan. Kak Talia.” balasku lalu mematikan ponsel.

“Ohh.. Ngapain dia ?” tanya Mba Shena.

Kepo !!!” balasku sambil mengambil cemilan di toples yang dipegang Mba Shena, dan langsung beranjak ke kamar.

*****

 “Lo nggak habis bikin masalah sama senior kan ?” tanya Neta panik ketika sedang dalam perjalanan menuju kelas Kak Talia.

“Nggak lah.” sanggahku.

“Terus ngapain dong kita dipanggil Kak Talia ? Malah dipanggil ke kelasnya lagi.” lanjut Neta yang kemudian tiba-tiba berhenti.

“Lo tenang aja Net, lo kan tahu Kak Talia baik, nggak mungkin lah kita dimacam-macamin.” balasku dan kemudian menarik tangan Neta.

Aku dan Neta sampai di depan kelas Kak Talia. Mahasiswa semester enam. Angkatan dua tingkat di atasku. Kami berdua kemudian mengetuk pintu sambil tersenyum, dan melihat Kak Talia melambai dari tempat duduknya. “Sini Ziv Net !”

Kami masuk dengan sangat segan dan menyapa senior-senior yang ada di dalam kelas itu. Untungnya hanya ada sekitar lima orang, yang lainnya sudah pulang.

“Duduk-duduk Ziv, Net.” Kak Talia mempersilahkan dengan ramahnya.

Lihat selengkapnya