Aku akhirnya pergi membeli gelas beker sendirian. Kebetulan tokonya dekat mal yang menjual minuman boba favoritku. Jadi aku sekalian mampir ke mal dulu.
Setelah mengantri cukup panjang, aku akhirnya mendapatkan satu cup kenikmatan duniawi yang hakiki ini. Sambil meminumnya, aku berjalan menuju eskalator turun.
“Ziva ?” tegur seorang pria yang baru saja keluar dari toko buku.
“Eh Kak Adriel. Hai Kak.” balasku tersenyum kikuk.
“Ngapain Ziv ?” tanya Kak Adriel ramah.
“Beli ini Kak.” jawabku sopan sambil memperlihatkan cup minuman boba yang aku pegang.
“Ke mal cuman buat beli itu doang ?” kata Kak Adriel heran.
Memangnya kenapa sih ? Salah ? Suka-suka aku dong.
“Iya Kak. Sebenarnya sih niatnya mau mampir di toko alat laboratorium dekat sini, tapi karena lewat mal ini duluan, jadi sekalian mampir deh.” balasku menjelaskan agar tidak dikira anak hits mal banget.
“Oh….Mau beli gelas beker yah ?” Kak Adriel tersenyum.
“Iya Kak.” aku nyengir.
“Sendirian aja ?” sambung Kak Adriel.
Aku mengangguk. Rasanya kok agak malu ya, ketemu senior di mal pas lagi jalan sendirian. Kelihatan agak miris.
“Oh kalau gitu sekalian aja. Aku juga mau kesana buat beli bahan-bahan penelitian skripsiku.” kata Kak Adriel.
What ? Ya kali aku pergi bareng Kak Adriel. Kalau sampai ketahuan Kak Anya bisa habis aku.
“Nggak usah Kak, nggak apa-apa kok. Aku bisa pergi sendiri. Kebetulan aku juga bawa mobil.” tolakku sopan.
“Mobil kamu ditinggal di parkiran aja. Nanti kita ke sananya pakai mobil aku, terus pulangnya aku antar kamu ke sini lagi buat ambil mobil.” balas Kak Adriel.
Mampus. Apa yang harus aku jawab ? Kalau ditolak takut Kak Adriel tersinggung, diterima takut juga. Selain karena Kak Anya, bagaimana pun juga aku tidak terlalu mengenal Kak Adriel. Kalau sampai dia macam-macam gimana ? Bisa aja kan, luarnya kalem tapi ternyata palsu.
“Mmm....Nggak usah deh Kak. Takut ngerepotin.” jawabku tak enak.
“Nggak ngerepotin kok.” balas Kak Adriel menyeringai.
Aku sontak meneguk ludah. Ya ampun…Lagian kenapa pakai acara ketemu dia segala sih ?
“Aku bisa sendiri kok Kak. Beneran deh.” aku masih berusaha menolak dengan sopan.
Kak Adriel menyipitkan matanya dan menatapku curiga. “Kamu takut aku culik yah…?”
Aku terbelalak. “Bu..Bukan gitu Kak.Ta..Tapi…”
Duh… Kenapa sih aku tidak pandai berimprovisasi ?
“Bercanda kok.” sambung Kak Adriel sambil tertawa pelan.
“Haa ?” aku pura-pura ikut tertawa lalu menghela napas panjang.
Bercandanya nggak lucu Kak. Mungkin bisa dilatih lagi cara bercandanya.