Setelah mempertimbangkan saran Neta, aku akhirnya mengiyakan ajakan Kak Adriel. Ini cuman jalan biasa kok Ziv, jadi santai aja.
“Maaf banget ya Kak. Aku nggak tahu kalau ujiannya bakal molor banget kayak gini.” kataku dengan ekspresi tak enak.
Aku dan Kak Adriel janjian jam tiga, di mal tempat kami tidak sengaja berpapasan dulu. Kak Adriel sangat on time, jam tiga teng dia memberitahuku kalau dia sudah sampai. Tapi aku baru sampai jam setengah lima, karena ujian tiba-tiba diundur satu jam. Agak nggak sopan sih buat senior nunggu satu setengah jam. Tapi lebih nggak sopan lagi kalau aku marahin dosen, terus merajuk nggak ikut ujian cuman biar bisa on time.
“Nggak apa-apa kok santai aja.” balas Kak Adriel tersenyum. “Kamu haus ?” tanya Kak Adriel.
“Lumayan sih Kak.”
“Kita mampir beli minuman boba favorit kamu dulu mau nggak ?”
“Aku baru mau ngomong itu.” aku menyeringai.
“Ya udah yuk.” ajak Kak Adriel.
Karena antriannya cukup panjang, Kak Adriel menyuruhku untuk menunggu di samping booth, katanya biar dia saja yang mengantri. Manly sekali yah rupanya.
“Acara ulang tahun Oma kamu nggak jadi dibuat hari ini ya ?” tanya Kak Adriel, ketika aku dan dia sedang berdiri menunggu nomor antrian kami dipanggil.
“Nggak jadi Kak. Kata Oma sekalian minggu depan aja, tunggu Tante aku pulang dari luar kota. Biar lengkap.” jawabku dengan sangat lancar.
Aku sudah mengira Kak Adriel pasti akan menanyakan hal ini. Jadi jawabannya sudah kupikirkan tadi bersama Neta. Maafkan cucumu ini ya Oma. Lagi-lagi bawa-bawa Oma.
“Sudah nonton Fast and Furious delapan ?” tanya Kak Adriel.
“Belum Kak. Kan rilisnya pas hari pertama UTS, jadi belum sempat nonton.”
“Habis ini kita nonton mau nggak ? Kebetulan aku lihat ada yang jam setengah tujuh.”
Aku mengangguk. “Boleh.”
Setelah nomor antrian kami dipanggil, aku dan Kak Adriel kemudian menghabiskan minum sambil berkeliling mal sebelum ke bioskop. Kak Adriel dan aku lebih banyak mengobrol dan sharing soal perkuliahan. Biasa.. Kalau ketemu senior, pertanyaanku pasti nggak jauh-jauh dari pengalaman mereka selama kuliah. Biar aku juga bisa punya gambaran.
“Skripsi gimana Kak ?” tanyaku.
“Lancar kok. Kalau nggak ada halangan minggu depan sidang skripsi.”
“Oh ya ? Selamat ya Kak.” aku ikut antusias.
“Kok selamat sih ? Kan belum sarjana.” Kak Adriel pun tertawa.
“Maksud aku selamat karena sudah mau sidang.” aku meluruskan. “Selamat semangat deh pokoknya. Semoga lancar.” aku mengepalkan tangan tanda memberi semangat.