Setelah melewati drama seminar proposal yang cukup panjang, akhirnya proposal penelitianku disetujui dan aku bisa ujian tepat waktu hari ini. Satu hari sebelum kloter pertama ujian seminar proposal ditutup. I’m not lucky, i’m blessed.
Tepat dihari yang sama juga, hari ini Kak Adriel akan berangkat ke Jepang. Mungkin ini yang dinamakan karma. Dulu aku membuat Kak Adriel sedih di hari bahagianya menjadi sarjana. Sekarang gantian Kak Adriel yang membuat aku sedih di hari bahagiaku, setelah berhasil ujian seminar proposal.
Kalau dipikir-pikir lucu juga sih. Dulu aku berusaha untuk menghindar dari Kak Adriel. Bahkan aku sempat menolak cintanya. Tapi sekarang ? Aku malah makin nggak bisa jauh dari Kak Adriel. Lebay ? Yang bilang lebay berarti jomlo.
“Net…Jagain pacar aku ya ? Awas lho sampai dia kenapa-kenapa.” ancam Kak Adriel kepada Neta yang menemaniku ke airport.
“Tanpa disuruh juga aku sudah jagain Ziva selama lima belas tahun Kak. Jadi Kak Adriel nggak usah khawatir, Pacar anda aman sama saya.” balas Neta sambil merangkul pundakku.
“Bagus kalau gitu.” Kak Adriel menyeringai sambil mengangkat jempolnya.
Kak Adriel kemudian maju beberapa langkah mendekat kepadaku.
“Mundur ah…Nanti jadi orang ketiga lagi.” ledek Neta sambil mundur beberapa langkah.
“Apa sih lo.” aku tersipu malu.
“Kamu disini baik-baik ya Ziv. Semangat buat penelitian dan skripsinya. Maaf aku nggak bisa nemenin kamu.” Kak Adriel memegang kedua pundakku.
“Nggak apa-apa kok. Lagian ada Neta, dia pasti akan selalu bantuin aku.” balasku tersenyum.