Beberapa detik sebelum peluru terakhir menembus tengkorak korban kedelapan belas, Alexander Viero berdiri diam. Keringat menetes dari dagunya, bercampur darah yang bukan miliknya. Arena Battle Royale Ruang 10 sunyi... hanya menyisakan jeritan samar yang mulai memudar.
Tangannya masih memegang pistol hangat. Pandangannya kosong, seakan sedang menatap sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain. Tapi pikirannya aktif — penuh kalkulasi, penuh kehampaan.
Tiba-tiba...
Ding! Sebuah suara elektronik berbunyi dari atas, dan pintu besi di ujung ruangan terbuka perlahan. Tidak ada sorakan. Tidak ada tepuk tangan. Hanya suara logam kasar bergesekan dan aroma kematian yang menyesakkan.
Alexander menoleh, perlahan. Cahaya putih dari ruangan berikutnya membuat darah di lantai terlihat hitam. Ia melangkah pelan masuk ke sana… tanpa sepatah kata.
Beberapa Menit Sebelumnya – Ruang Observasi Tingkat 3
"Dia akan menyelesaikannya." Suara Elvano Seorang data analistik yang ada di PTM.
Indra tidak menjawab. Matanya terpaku pada layar yang menampilkan Alexander di tengah genangan darah. Tapi pikirannya tidak lagi pada bocah itu — melainkan pada berkas yang baru diterimanya dari sistem terdalam PTM.
File rahasia, dengan akses terbatas hanya untuk petinggi level satu.
Nama file: ‘AV-01: Classified – Erased Subject’
Semua data Alexander Viero... terhapus.
Tempat lahir: tidak diketahui. Identitas orang tua: tidak tersedia. Riwayat adopsi: tidak tercatat.
Dan hanya ada satu catatan sistem: “Kelas SSS – Jika subjek mencapai Level 4, lakukan pemusnahan.”
Indra mengepalkan tangan. “Siapa yang menghapus semua ini?”
Elvano tersenyum kecil, wajah polosnya memantulkan cahaya layar. “Lucu ya, Pak... Anak yang tidak memiliki masa lalu... justru akan menentukan masa depan.”
Ruang Transisi – Setelah Battle Royale Ruang 10
Ruangan itu berbeda dari sebelumnya. Dinding kaca. Lampu dingin. Suara dengungan mesin.
Alexander masuk ke sana pelan. Senjatanya diturunkan, tapi matanya tetap menajam.