Phenomenal child

nymos
Chapter #7

Ketegangan

Suasana ruang observasi PTM masih diliputi ketegangan. Tubuh Kai telah dibersihkan, namun bayangannya masih menggantung di benak semua orang. Di layar besar, tulisan "Duel Berikutnya: Raze Alden vs Zeid Roren" masih terpampang jelas.

Di sudut ruangan, Brigitta Kessler menyilangkan tangan di dada. Tatapannya tajam seperti pisau bedah, menusuk ke arah Elvano yang masih santai mengunyah permen.

"Kau puas?" suara Brigitta berat, datar, nyaris tanpa emosi, tapi tekanan di balik kata-katanya terasa jelas.

Elvano mengangkat bahu. "Satu mati, dua lagi siap bertarung. Tentu saja aku puas. Progres yang bagus, bukan?"

Brigitta melangkah mendekat, jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa jengkal. "Progres?" Dia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, suaranya menurun, nyaris seperti bisikan mematikan. "Kalau menurutku… ini lambat. Kalau semua anak itu selemah Kai, kita buang-buang waktu."

"Kau selalu tidak sabaran, Brigitta," jawab Elvano ringan. Ia melempar bungkus permen ke tempat sampah tanpa melihat. "Tapi bukankah ini yang kau suka? Lihat mereka saling mencabik."

Brigitta menyipitkan mata. "Aku suka lihat hasil, bukan drama." Tangannya bergerak cepat, meraih bahu Elvano. Cengkeramannya kuat, meski tak sekuat saat di arena. "Pastikan duel ini… tidak mengecewakan."

Elvano tersenyum tipis, tidak gentar. "Oh, kau akan suka duel ini. Raze dan Zeid… dua anjing liar paling brutal yang kita punya. Salah satunya pasti mati dengan indah."

Sementara itu, di lorong menuju arena duel, Raze Alden berjalan dengan langkah ringan. Ekspresi percaya dirinya nyaris menjijikkan. Rambut merah menyala itu bergerak seiring langkahnya, senyum miring menghiasi wajahnya.

"Akhirnya…" gumamnya pelan. "Aku bosan nunggu."

Pintu otomatis terbuka, menampilkan arena duel yang sunyi dan brutal. Dinding logam dengan bekas peluru, bercak darah lama di lantai, dan lampu-lampu putih dingin menerangi setiap sudut ruangan.

Lihat selengkapnya