Zona Simulasi – Sore Dihari Pertama
Hari pertama selalu jadi fase paling kacau.
Para subjek, yang sebagian besar baru saja keluar dari ruang karantina, langsung dilempar ke zona seluas 25 kilometer persegi ini. Tanpa peta fisik, tanpa penjelasan tambahan — hanya bergantung pada gelang sistem yang menempel erat di pergelangan mereka.
Di hari pertama inilah, naluri asli setiap orang akan terlihat.
Ada yang langsung berburu poin.
Ada yang bersembunyi, menunggu.
Ada yang… seperti Alexander, hanya mengamati.
Kabut tipis mulai turun di beberapa area. Matahari terbenam perlahan, meninggalkan bayangan panjang di reruntuhan kota dan pepohonan hitam Hutan Rekayasa.
Area 3 – Kota Reruntuhan
Suara langkah cepat terdengar. Seorang remaja laki-laki berambut cokelat berlari panik, wajahnya pucat. Di belakangnya, dua subjek lain mengejar — tertawa dengan sadis.
"Jangan lari, bocah! Kasih poinmu ke kami!"
Teriakan itu menggema di lorong-lorong beton yang hancur.
Di atap gedung setengah runtuh, Alexander berjongkok diam, mengamati. Di tangannya, gelang sistem memunculkan data.
[SUBJEK 14 – Leonard Veit]
Alexander tidak bergerak. Semua ini hanya… simulasi. Dia hanya butuh menonton. Belajar.
Leonard terjatuh, lututnya berdarah. Kedua pengejarnya mulai mendekat, salah satu mengayunkan pipa besi.
Namun sebelum pipa itu mengenai kepala Leonard —
DOR!
Tembakan senapan kejut memecah keheningan. Kedua pengejar terkejut, mundur spontan.
Dari balik reruntuhan, seorang gadis remaja melangkah keluar. Rambut merah menyala terikat ke belakang, mata abu-abu dingin, bibir tipis membentuk senyum samar.
Di tangannya, senapan ringan model baru — jelas bukan senjata standar, tapi salah satu barang hasil tukar poin di Black Market PTM.