PHETCHABURI - BKK LOVE STORY

Gemini QT
Chapter #2

Krung Thep

Sedikit cerita tentang perjalananku ke Bangkok sebelumnya. Ini sudah yang sekian kalinya aku mengunjungi kota di negara yang memiliki julukan negeri Gajah Putih tersebut, begitu banyak momen yang tersimpan dalam ingatanku.

Saat itu usiaku mulai memasuki angka 25 dan seperti banyaknya orang di usia itu, aku merasa berada di fase Quarter Life Crisis. Berbagai harapan dan tekanan untuk menjadi yang terbaik, membuatku terjebak antara ekspektasi dunia dan keinginanku sendiri. Meski aku terbilang dari keluarga yang sangat berkecukupan, keinginanku untuk sukses melalui usahaku sendiri menjadi motivasi yang kuat. Sebagai anak tunggal perempuan, aku ingin membuktikan bahwa aku bisa berdiri di atas kaki sendiri.

Lalu selang dua bulan, aku memutuskan untuk berlibur ke Thailand. Tujuanku tak hanya untuk melepas penat sejenak, tetapi juga mencari tau tentang barang-barang yang bisa dipasarkan di tanah air. Bangkok terkenal dengan pasar-pasar dan barang-barang impornya yang menarik juga harganya yang terjangkau. Jadi, aku ingin menjadi bagian dari tren bisnis online yang tengah menjamur di kala itu.

Phetchaburi soi 15, menjadi pilihan tempat yang tepat untuk aku menatap. Jalan yang selalu ramai dengan turis ini, memang memiliki lokasi yang sangat strategis karena dekat dengan berbagai macam pusat perbelanjaan. Mulai dari Tofu Skincare, pasar Pratunam, December’s mall, Platinum fashion mall, Big C Snacks, juga beberapa mall berkelas, seperti Central World, Siam Paragon dan Siam Center. Atmosfernya pun terasa hidup, tidak berbeda jauh dari suasana di Indonesia, khususnya Jakarta. Dari sinilah segala cerita ini bermula.

Dalam keramaian yang menyimpan harapan sekaligus tantangan, betapa beruntungnya aku bertemu dengan Bella bersama kedua temannya, El dan Raya. Mereka telah membangun bisnis Jasa Titip Bangkok selama kurang lebih satu tahun, dan dengan hangat mereka mengajakku bergabung. Dengan cepat kami menjalin persahabatan. Mereka mengajarkanku banyak hal, seperti pentingnya memahami kebutuhan konsumen dan cara berjualan online dengan cara yang menarik.

Namun, tidak hanya pertemanan yang kutemui disana. Aku bertemu sosok pria misterius yang mencuri perhatianku—seorang pria berdarah campuran Thailand-Malaysia yang selalu menutupi wajahnya dengan masker. Kehadirannya bagai sinar terang di tengah kesibukanku, hingga aku bersedia membuang waktuku untuk selalu menemuinya. Ada kalanya kami berbagi tawa dan bercerita tentang hidup.

Hingga tiba disaat batas habis visa. Dengan harapan yang bercampur ketakutan, aku memberikannya ID Line dalam sebuah hadiah perpisahan yang telah ku siapkan untuknya. Berharap kami dapat terus terhubung, meski harus terpisah jarak. Sayangnya, hingga kembali ke Indonesia, dia tidak menghubungiku sama sekali. Rasanya bingung dan kecewa, tetapi aku pun mendapatkan pelajaran bahwa hidup tak selalu seperti yang kita inginkan.

Tidak menyerah sampai disitu. Setelah satu bulan memikirkan langkah ke depan untuk usahaku di Indonesia, aku pun kembali ke Bangkok dan menemui pria itu untuk mencoba menjernihkan perasaanku. Berharap mendapatkan jawaban dan kejelasan atas apa yang aku rasakan terhadapnya. Kami akhirnya bertukar kontak dan menjalin hubungan. Sayangnya, ditengah kebahagiaan itu, aku mendapati fakta pahit—dia ternyata sudah memiliki kekasih. Kecewa seakan menghantam hatiku hingga hancur lebur, ketika mengetahui dia berbohong tentang statusnya, yang nyatanya memiliki kekasih jauh sebelum kami bertemu. Aku merasa seperti diperdaya olehnya.

Setelah perpisahan yang cukup menyakitkan itu, aku kembali fokus dan mempercepat tujuan utamaku yaitu melakukan riset pasar, agar aku bisa segera pulang ke Indonesia. Setelahnya, aku memilih untuk kembali fokus pada usaha yang akan ku bangun. Namun, kehadirannya dihidupku telah membuat luka yang kututup sejak lama kembali terbuka dan semakin besar. Hal ini sangat mengganggu pikiranku, sehingga harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk menata usahaku.

Setelah berganti tahun. Kini, demi laki-laki asing lainnya, aku harus meninggalkan usahaku yang baru saja berjalan 2 bulan. Rasanya seperti aku tidak belajar dari masa lalu, tapi ada sesuatu yang membuatku yakin pada laki-laki berkewarganegaraan Myanmar ini, hingga aku bertekad mengambil risiko. Begitu pun dengan hatiku yang memberanikan diri untuk menganggap semua ini sebagai bagian dari proses penyembuhan.

Dengan semangat baru dan beragam pengalaman yang telah kudapatkan, aku pun siap bertualang untuk menemukan cinta—setidaknya, sebelum aku kembali melanjutkan usaha yang baru saja kuhidupkan.

Jika ada pelajaran yang bisa kutarik dari perjalanan ini adalah bahwa cinta dan bisnis bisa saling melengkapi, asalkan berani mengambil risiko.

Aku pun mulai mengatur waktu dan merencanakan segalanya. Satu bulan seharusnya cukup untuk mengejar kandidat baru yang sudah kutetapkan sebagai crush-ku ini. Berharap bisa menciptakan kisah baru dengan kebahagiaan dan cinta yang tulus.

Tak ada yang tau apa yang akan terjadi. Mungkin kali ini, kata-kata manis dan senyuman akan membawaku pada suatu perjalanan cinta yang bahagia. Meskipun kemungkinan lainnya akan membawa kembali luka dari masa laluku sebelumnya.

Entah di jalan mana cinta membawaku, satu hal yang pasti bahwa setiap perjalanan memberi pelajaran berharga, dan aku berjanji untuk tidak lagi melupakan diriku sendiri di tengah pencarian cinta.

Lihat selengkapnya