Philogynik

Suyat Aslah
Chapter #16

BAB 15


Ardi yang sekarang adalah sosok lain dari yang kemarin. Dan akan berbeda keesokan harinya. Selalu menjauhi radar dan kehidupannya begitu rumit. Kadang keluar dan kembali ke kediaman yang orang tak ketahui. Bahkan informan Paul belum bisa melacak keberadaannya lagi. Hampir semua anak buah Paul kecuali Dani sedang berkumpul merundingkan masalah yang mengganggunya.

“Orang ini sungguh telah menyibukkan banyak kepala manusia,” ujar Andi.

“Dia telah mempermainkanku. Kau tau foto yang kemarin, saat anak dan istriku bersama dengan orang yang menyeramkan. Istriku bilang dia baru saja bertemu pemulung yang ramah.” Paul bercerita.

“Kampung pemulung sudah kita periksa lagi satu-satu, dia tak ada di sana. Tapi kita masih memperluas pencarian, menebar mata-mata,” kata Beni.

“Dani mengatakan, dia direkrut oleh Abdar untuk masuk ke timnya. Dia pikir Dani lebih tahu kejadian penembakan terhadap Baron.” Paul mendapat kabar dari Dani. “Kita tak pernah tahu, dia bisa saja membongkar semua tentang kita,” sambungnya.

“Kalau saja kita bisa menyuap si pimpinan Divisi yang sok jagoan itu,” ujar Sarah.

“Kudengar dia baru saja bercerai. Jika Dani masih di pihak kita, ada yang menguntungkan bagi kita, kan,” pikir Beni.

“Berapa gaji Detektif Abdar kira-kira?” tanya Paul.

“Aku tak tahu tapi, ada satu jalan lain yang lebih memungkinkannya setelah perceraiannya. Perempuan!” kata si gondrong.

“Kau jadi cerdas begini, padahal sekolahmu di dalam kandang, kan?” seloroh Andi.

“Brengsek kau!” Si gondrong mengumpat sambil menggeplak kepala Andi.

“Baiklah kita mulai dengan kau, Sarah.” Paul memandang ke arahnya. “Kau tahu persis apa yang harus dilakukan,” katanya lagi.

“Menjadi wanita penggoda adalah bakatmu, Sarah,” ujar Andi.

“Kudengar dia bakal jadi Pembina upacara di sebuah sekolah untuk memperingati hari kemerdekaan.” Kata-kata Beni cukup memberi jalan untuk rencana ke depannya.


Lalu keesokan harinya Sarah bersiap untuk sesuatu yang tak disukainya. “Ide yang cemerlang, menjadikanku umpan lalu yang lain menunggu sambil santai. Seolah aku jadi penentu nasib mereka. Sementara resiko tinggi aku yang tanggung. Sialan!” batin Sarah.

Dengan pakaian yang biasa, namun dengan paras secantik Sarah tentu akan beda ceritanya. Suasana sekolah begitu hikmat mengikuti upacara. Detektif Abdar berdiri dengan stand microphone di hadapannya dan setelan lengkap seragam kepolisian. Pembawaan yang berwibawa dan tegas. Berbicara dengan keseriusan disertai gerakan tangan. Suara gemuruh siswa terdengar setelah dia mengatakan sebuah lelucon. Upacara berakhir tak lama kemudian. Semuanya bubar, anak kecil berseliweran, sangat ramai dan penuh percakapan tak jelas.

“Hey, Nak!” Dari balik gerbang sekolah, Sarah memanggil seorang bocah perempuan yang berjalan melompat-lompat, rambutnya dikucir dua. Bocah itu diam sebentar menoleh ke arahnya lalu mendekat dengan wajah kebingungan.

“Siapa namamu?” tanya Sarah dengan muka ramah.

“Dewi.” Suaranya masih imut.

“Dewi, kau cantik. Bolehkah aku minta tolong?”

Lihat selengkapnya