PHYSILOVA

Separuh Rindu
Chapter #2

PHY 01 - Gadis Mungil nan Tengil

Kita itu ibarat atavisme dengan kode rr pp yang berarti single. Jadi, gimana kalo kita jadian?"

~Elsa~

Arial baru saja turun dari mobilnya. Namun gadis tengil itu sudah menyambar kedatangannya sekaligus merusak ketenangan paginya dengan cara yang satu ini.

"Al. Lo harus percaya sama hukum Mendel II bahwa benci di dalam hati akan bergabung secara bebas membentuk perasaan baru yaitu cinta," cerocosnya mempertahankan agar langkahnya tetap sejajar dengan langkah lebar milik Arial.

Tanpa memedulikan segala ocehan gadis tengil itu Arial tetap melangkahkan kakinya melenggang pergi menuju ruang kelasnya dan meninggalkan si upil mungil, Elsa.

"Selamat pagi, Bosku," sambut dua sahabatnya yang seakan-akan seperti sudah menunggu kehadiran seorang pangeran datang di ambang pintu kelas. Panggil saja mereka Kevin dan Angga.

Kevin merangkul bahu Arial, begitu juga Angga. Mereka berdua mengantar Arial sampai bangkunya.

"Gue dapet info," ucap Angga melepaskan rangkulannya. Rautnya seakan telah menemukan berita yang begitu mantap jiwa dan harus cepat memublikasikannya kepada khalayak ramai.

"Info apaan?" tanya Kevin penasaran sembari melepaskan rangkulannya dan sekarang berkacak pinggang menatap Angga.

"Kalo hari ini kita upacara," lanjut Angga. Sedetik kemudian senyum menyebalkan terbit di dua sudut bibirnya.

"Al. Menurut lo hujat anak orang boleh gak, sih?" tanya Kevin meminta pendapat pada Arial.

Arial menatap Kevin lalu menyimpan tasnya di atas meja. "Nggak boleh sih sebenernya. Tapi kalo lo maksa sih boleh, lah," sahutnya amat mendukung usaha yang akan Kevin lakukan.

Kevin tersenyum puas menatap Angga. "Sini lo. Gue hujat," tuturnya mengibaskan tangannya sembari menyeringai lebar.

Namun seketika berubah beda saat …. "ARIAL!" panggil gadis tengil itu sambil melangkah masuk ke dalam kelasnya yang berarti kelas Arial juga.

"Mampus lo! Karma masih berlaku, Bung!" maki Angga segera berlalu keluar dari kelas setelah meraih topinya dari dalam tas.

Kevin mengurungkan niatnya untuk menghujat Angga dan malah mengalihkan perhatiannya pada Arial. "Sabar, Al. Upil Kudanil dateng," ucapnya sambil menepuk bahu Arial kemudian memilih untuk melesat pergi menyusul Angga.

Arial mengembuskan napasnya dengan kasar. Paginya selalu saja hancur dan tidak pernah ada kata damai. Namun sabar, kini ia sudah menginjak ke kelas 12. Jadi hanya tinggal menghitung bulan saja untuk dirinya bisa terbebas dari Si Gadis Tengil yang selalu mengganggu suasana hatinya.

Seringai ceria ia tunjukkan untuk Arial. "Jadi gimana? Siap untuk ikut upacara?" tanyanya begitu cerewet serta tanpa ijin ia merangkul lengan Arial dengan manja.

Arial tidak menggubrisnya. Ia melepas rangkulan Elsa dengan sentuhan tangannya yang dingin lalu melenggang pergi.

Iya, Elsa. Gadis hebat yang masih tetap bertahan mengejar cinta Arial sampai detik ini, meski laki-laki itu tetap bersikap dingin dan tak acuh kepadanya. Namun dengan tidak pedulinya Elsa terus mengejar Arial dan pantang menyerah untuk terus berusaha menanamkan rasa cinta pada laki-laki itu. Sudah dua tahun ia mengisi hari-hari Arial yang kaku dengan segala sifatnya yang dapat membekukan atmosfer di sekitarnya.

"Arial! Ih, bareng dong!" pekik Elsa segera mengejar langkah Arial.

Arial tidak memedulikannya dan terus berjalan menuju lapangan upacara.

Sampai barisan upacara disiapkan Arial memilih untuk mengambil barisan paling belakang agar terhindar dari gadis tengil Si Ratu Drama. Jujur saja, ia kapok saat Elsa beradegan pura-pura pingsan hanya karena ingin ditolong olehnya. Namun sifat tak acuhnya berhasil merusak adegan penuh drama yang Elsa susun.

Bruk!

Baru saja dipikirkan. Gadis tengil itu sudah kembali berulah dengan lagaknya pingsan saat upacara bendera tengah berlangsung. Semua mata langsung tertuju pada Arial. Mereka ingat saat Elsa pura-pura pingsan dan di tolong oleh tim PMR, gadis tengil itu malah mengamuk sekaligus mengacak-acak segala isi ruang UKS.

"Arial. Tolongin, noh!" titah Dino pada Arial.

Arial berdecak sebal. Tanpa menghiraukan ucapan Dino ia tetap fokus mengikuti jalannya upacara bendera.

Namun seseorang menariknya hingga ia tertunduk di depan tubuh Elsa. "Bawa dia ke UKS! Gue nggak mau Nenek Lampir ini ngamuk lagi. Lo inget seisi UKS rusak gara-gara dia?" ujar Mala penuh penekanan.

"Kali ini harus berhasil," batin Elsa merasa kalau kemenangan sudah berpihak kepadanya.

Arial mendengus kesal. Kenapa harus dirinya? Apa manusia tampan di dunia ini lenyap sampai harus dirinya yang menanggung? Dengan berat hati ia membopong tubuh mungil Elsa dan membawanya ke UKS.

"Yes, berhasil!" sorak Elsa di dalam hati. Kemudian matanya beraksi mencuri-curi pandang untuk menatap rahang tegas Arial yang sedang membopongnya. Pahatan Tuhan yang sempurna untuk Elsa mengagumi sosok Arial. Sosok yang dingin bak es batu buatan Mang Koko di kantin.

"Udik," maki Arial dingin sebelum melemparkan tubuh Elsa ke atas ranjang UKS. Lantas segera berlalu dari hadapan kucing betina tengil itu dan melanjutkan upacaranya yang sempat tertunda karena ulah Elsa.

Sampai upacara berakhir. Bel masuk berbunyi nyaring mengisi seantero sekolah membuat murid-murid yang lain mulai hilir mudik masuk ke dalam kelasnya kemudian duduk dengan tertib di bangku single-nya masing-masing.

Tak lama Bu Tari datang bersama dengan seorang gadis yang berdiri tak jauh di sampingnya dan terlihat begitu malu-malu. Sepertinya adalah siswi baru dari sekolah lain.

Di dalam kelas 12 IPA 1 hanya terdapat sembilan belas murid yang terdiri dari sepuluh siswa dan sembilan siswi serta di setiap kelasnya hanya menerima dua puluh anak didik. Akibat kekurangan satu murid karena harus drop out, jadi kelas 12 IPA 1 yang kemungkinan besar akan mendapatkan tambahan siswa.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh."

Arial mengangkat kepalanya saat mendengar suara salam dari Bu Tari, wali kelas 12 IPA 1 yang memiliki paras cantik.

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh," jawab penghuni kelas dengan kompak.

Kemudian Bu Tari mempersilahkan cewek yang akan menjadi penghuni baru kelas 12 IPA 1 untuk memperkenalkan dirinya.

"Nama saya Yunita Endryani," ucap cewek itu setengah mati menahan gugup. "Saya siswi pindahan dari SMA Swadaya Bandung," lanjutnya. Pelipisnya mulai dibasahi keringat panas-dingin.

"Cukup. Kamu cari bangku kosong," ujar Bu Tari pada Nita lalu pandangannya beralih pada seluruh anak didik di hadapannya. "Dan ingat kalian tidak boleh gaduh apalagi sampai keluar kelas di saat menunggu KBM berlangsung," peringatnya dengan sepasan netra yang berkeliling sampai ke sudut ruang. Lalu merasa ada yang kurang dalam benaknya.

Nita langsung berjalan ke arah bangku kosong tepat di samping kiri Arial. Sesampainya Nita menyapa sopan tetangga kanan-kiri bangku single-nya.

"Iya, Bu!" sahut penghuni kelas 12 IPA 1 dengan berbarengan.

"Elsa ke mana?" tanya Bu Tari menyadari sesuatu sebelum keluar.

Semua mata melirik pada Arial hingga Bu Tari ikut melemparkan tatapannya ke arah cowok yang sekarang memilih diam.

"Arial," panggilnya pada Arial. "Kamu tau Elsa ke mana?" tanyanya kemudian.

Lihat selengkapnya