PIGEON

Kaviiaaa
Chapter #5

Jatuh Cinta

Mentari kembali tidur. Dia harus menyimpan sinarnya, agar besok bisa tersenyum ceria. Menjalankan kewajibannya untuk selalu menerangi siang. Malam ini, tugas bulan untuk menemani hamba Tuhan dengan pancaran temaramnya, ditemani bintang yang cukup semangat bermain di langit bumi.

Lara menghempaskan tubuh pada sofa ruang tengah rumahnya. Letih kembali datang ketika mengingatkan begitu banyak kejadian yang ia lewati hari ini. Sembari mengunyah permen cokelat, Lara mengacak channel televisi. Langkah seseorang dari tangga lantai dua mengusik kenyamanan Lara. Ia menoleh. Ah, kak Riu. Rasanya Lara malas sekali harus berhadapan dengannya malam ini. 

“Kenapa kamu lihatin Kakak sinis begitu?” tanya Riu heran dengan sikap adik perempuan semata wayangnya.

“Nggak apa-apa.” Lara kembali fokus ke talkshow komedi yang berhasil jadi pilihannya malam ini.

“Ganti dong! Lagi ada motor GP, nih,” pinta Riu berhasil membuat Lara berdecak kesal.

Benar saja, mengapa Riu suka sekali mengusik kenyamanan Lara. Padahal Riu bisa streaming di komputer kamarnya. Apa Riu tak punya peran lain dalam hidup ini selain mengusik dan menyulitkan hidup Lara?

“Nggak ah, lagi seru tahu. Ganggu aja. Sana, gih, balik ke kamar. Nonton lewat PC-nya Kak Riu aja,” tolak Lara yang kukuh dengan keinginannya.

Riu tak beranjak, malahan sekarang dia duduk di samping Lara, seraya ikut mengunyah permen cokelat yang sama.

“Mana duit Kakak?”

“Duit apaan?” 

“Dih, lupa kan? Katanya tadi siang mau dikembalikan uang Kakak yang dirampas.”

“Astaga, perhitungan banget, sih,” Lara berdecak semakin kesal. “Iya bentar, Lara ambil ke kamar dulu,” ketusnya sembari berjalan ke arah anak tangga, hendak ke kamarnya di lantai dua.

“Oh iya, omongan Kakak bener kan? Cowok yang diserempet mobil tadi pagi ternyata satu sekolah sama kamu. Kakak masih ingat sekali muka datarnya.” Bibir sebelah kiri Riu menyunggingkan senyum.

Lara berhenti. Dia kembali memutar otak, berusaha menyambungkan otaknya dengan objek yang tengah dibicarakan Riu. Ah, iya Wawan. Riu berhasil membuat Lara melayangkan memori ke siswa baru itu lagi.

“Namanya Wawan.” Lara merespon kembali ucapan Riu.

“Hah? Nggak ada bakwan di sini.”

Haissh, bukan bakwan, Kak. Nama cowok itu Wawan,” celoteh Lara kembali mengulang perkataannya.

Riu tertawa renyah. Entah mengapa ia sangat suka menjahili adiknya ini. Bagi Riu sehari tidak mengusik Lara, tidurnya tak akan nyanyak. 

Lara kembali menaiki anak tangga. Ah sial. Gara-gara Riu sekarang ia tak bisa berhenti memikirkan Wawan. Apa yang harus dia lakukan untuk memusnahkan Wawan berkeliaran dalam otaknya? Mengapa juga dia harus punya kakak semenjengkelkan Riu? 

Lara mencoba untuk tidur. Ia tak harus pusing-pusing melayani pikirannya. Tiga menit berlalu, ranjangnya masih terlihat tenang. Lima menit terlewati, sepertinya Lara tengah berlayar ke pulau mimpi. Namun, Sepuluh menit kemudian, Lara kembali membuka mata. 

Lihat selengkapnya