“Wawan, Lara ke kelas dulu, ya. Sampai ketemu nanti!” ujar Lara dengan senyum paling ceria, seraya melambaikan tangannya ke arah Wawan.
Wawan tak menggubris. Wawan terus berjalan ke arah kelasnya. Mengabaikan ucapan selamat tinggal dari Lara.
Dari kejauhan, seseorang tengah mengikuti Wawan. Berjalan mengendap dengan langkah paling hati-hati, bahkan mungkin semut saja tak akan mendengar gesekan antara sepatunya dengan lantai. Wawan yang merasa sedang ada yang tidak beres, berusaha untuk mengontrol diri. Dia mengikuti arah permainan orang tersebut dengan cara berpura-pura tidak tahu, bahwa dirinya sedang dalam pengawasan seseorang.
Kini, orang itu semakin dekat. Mungkin hanya berjarak lebih kurang lima puluh senti meter. Wawan masih berjalan dengan pelan hingga akhirnya dia berhenti mendadak. Mengakibatkan orang dibelakangnya otomatis menabrak.
“Aduh!”
Suaranya membuat Wawan membalikkan badan.
“Lo,” ucapnya kaget mendeteksi identitas orang tersebut.
“Apa kabar, Wyll? Gimana kondisi lo, udah sehat?” tambah Wawan setelah otaknya berhasil memproses identitas orang itu.
Ini Wyllo, sahabat Wawan. Pertemuan mereka dimulai karena satu sekolah ketika SMP. Namun, Mereka melanjutkan ke sekolah yang berbeda saat SMA. Wawan diterima menjadi siswa di salah satu SMA Negeri. Sedangkan Wyllo, melanjukan sekolah ke salah satu SMA swasta terbaik di Jakarta.
Sepertinya takdir tak ingin menjauhkan sepasang sahabat ini. Hingga akhirnya, Wawan pindah ke SMA Harapan Buana, yang secara otomatis, kini mereka resmi satu sekolah dan satu kelas lagi.
“Sangat baik tentunya, Rexa Alfawansyah. Lo gimana? Betah pindah ke sini?”
“Gue juga baik. Kirain tadi siapa. Lo, kenapa ngikutin diam-diam coba?”
“Tadinya gue mau nungguin lo di parkiran. Tapi gue kebelet, jadi ke toilet dulu, pas lo udah datang eh ternyata lagi sama si pacar. Ya udah gue nggak mau ganggu dong,” paparnya berasumsi.
“Hebat ya lo, Wan. Baru lebih kurang seminggu pindah sekolah, eh udah punya pacar baru aja,” tambah Wyllo mempercayai spesikulasinya.
“Pacar apaan? Kan lo sendiri tahu, gue nggak pacaran sama siapapun.”
“Si Lara?”
“Oh itu. Cuma cewek aneh yang repotin hidup gue.”
“Cewek aneh tapi diboncengi,” goda Wyllo.
“Cuma balas budi. Dia pernah nolongin gue dulu,” balas Wawan memberi penjelasan.
“Yuk ke kelas, udah telat lima menit, nih. Ntar sang guru tercinta nggak ngebolehin masuk lagi,” ajak Wawan.
Keduanya bergegas menuju ruang kelas XI-IPS-1, yang sudah tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Mereka masih melanjutkan obrolan sampai ke depan ruang kelasnya.
***
Lara berlari menuju ruang kelas XI-IPS-1 setelah melihat postingan di instagram pianis kesukaannya. Dalam postingan tersebut sang pianis menuliskan ucapan sampai bertemu kepada seluruh fansnya untuk acara show comeback dadakan setelah tiga tahun vakum. Secepat kilat Lara membuka URL tertera untuk pemesanan tiket.
Acara ini yang paling ditunggu Lara. Setiap hari dia memeriksa sosial media pianis senior tersebut, setelah tiga bulan yang lalu mendengar kabar bahwa pianis ini akan segera mengadakan show comeback yang tak diberitahu tanggal pastinya. Karena tidak ingin datang sendiri, Lara memesan dua tiket. Dia akan meminta Tala untuk menemaninya malam.
“Tal, ntar malam temenin gue nonton show comeback pianis, yuk!” pinta Lara setelah menemukan Tala sendirian di ruang kelas.
“Tumben lo ke sini nggak nyariin si kulkas berjalan,” balas Tala mengabaikan permintaan sahabatnya.