Hari ini, Lara mulai menjalankan strategi. Lara harus betul-betul kuat menahan rindu yang kapan saja bisa meledak. Dimulai dari Lara yang tak boleh menghubungi Wawan, membawakan bekal serta harus bersikap tak acuh pada Wawan.
Berat memang, tapi semua itu harus dijalani Lara agar bisa melihat sebesar apa progres perjuangannya. Apakah hanya akan menjadi perjuangan yang sia-sia ataukah Lara bisa mendapatkan harapan baru.
Lara tak lagi datang berkunjung ke kelas Wawan. Apalagi membawakan bekal untuk Wawan. Lara seperti sedang belajar bersikap dingin. Padahal hatinya terus meronta-ronta saat melihat pujaan hatinya itu. Tapi, kata Tala agar strategi ini berhasil, Lara harus kuat. Dia harus menahan rindu. Dia harus bisa mmebuat Wawan mencarinya. Atau bersikap lebih baik padanya.
Di kelasnya, Wawan terlihat sedang memeriksa kolong meja. Mencari barang yang selalu setia menyambut paginya. Namun, pagi ini kosong. Tak ditemukan benda apapun di sana.
Wawan tanpak kecewa, baru kali ini ekspresi lain terlihat dari wajah tanpannya.
“Kenapa lo?” tanya Wyllo saat memperhatikan raut kecewa muncul dari wajah Wawan.
“Nggak apa-apa.”
“Kok kayak kecewa gitu?”
“Siapa? Gue?” tanya Wawan menyembunyikan perasaanya.
Wyllo mengangguk mengiyakan.
“Enggak tuh.”
“Hm, iya, deh sembunyiin aja terus perasaan lo. Ntar ditikung orang baru tahu.”
“Lo kira jalanan bisa ditikung segala.”
“Nggak, gue lagi ngomongin Lara. Kadang gue sedih lihat dia berjuang segitunya tapi lo selalu nolak dia. Heran juga gue sama lo, kurang apa coba Lara? Udah baik, asik, cantik, modis lagi.”
“Gue nggak bisa pacarin dia.”
“Lo pasti akan kehilangan saat dia berhenti ngejar lo.”
“Nggak, malah gue senang. Gue bisa bebas dari cewek gila kayak dia.”
“Oh ya? buktinya sekarang, lo lagi cari bekal yang selalu dibawain Lara kan?”
“Nggak, gue nyari barang yang ketinggalan kemarin.”
“Kita sahabatan udah dari lama, Wan. Lo mungkin bisa bohongi gue. Tapi, apa lo yakin bisa bohongin perasaan sendiri?”
Wawan diam, ia tak lagi bisa menyangkal ucapan Wyllo.
Ketika bel tanda istirahat berbunyi, Wawan dan Wyllo berjalan menuju kantin. Karena pagi ini Wawan tidak sarapan, hal itu membuat cacing-cacing di perutnya murka.