Ini adalah hari ketiga Lara menjalankan strateginya. Namun, tidak ada tanda-tanda Wawan cemburu. Malahan sekarang Lara yang terlihat tak lagi mampu menahan rindu.
Lara menekuk wajah di atas meja. Malas sekarang menjalar keseluruh tubuhnya. Mengapa Wawan bersikap seperti biasa saja? Kenapa Wawan tak kunjung cemburu melihat kedekatan Lara dan Alan? Apa Wawan tidak merasa kehilangan dia? Atau sebenarnya Wawan memang bukan pria normal?
“Masih pagi udah hilang semangat aja lo,” ujar Tala menemui Lara di ruang kelasnya.
Lara melirik sumber suara yang baru saja mengusiknya.
“Tal, gue kayaknya udah nggak bisa lanjutin strategi ini.” Lara mendongak sedikit memperlihatkan wajah memelas.
“Ini baru tiga hari, Lara.”
“Tapi gue kangen banget sama Wawan,” rengeknya.
“Lo, harus tahan. Lo pasti bisa bikin Wawan berbalik ngejar lo.”
“Baru tiga hari aja rasanya dada gue udah mau meledak.”
“Coba sehari ini, deh. Kalau nggak berhasil, kita ganti strategi baru.”
“Kalau Wawan nanti malah terbiasa tanpa gue gimana?”
“Nggak akan.”
“Tapi gue takut Wawan nanti malah jauhin gue.”
“Lo percaya, deh, sekarang Wawan pasti merasa kehilangan.”
“Semoga aja,” balas Lara kembali menekukan Wajahnya ke meja.
Tala hanya menghela berat melihat kondisi kritis sahabat baiknya ini.
“Gue mau ngembaliin buku ke perpus, mau ikut nggak?” tanya Tala.
“Nggak, deh. Gue di kelas aja.”
“Oke. Semangat dong. Lo pasti berhasil!” ucap Tala memberi semangat. Kemudian berlalu meninggalkan kelas Lara.
Rasa bosan dan rindu semakin menyeruak. Dia bosan terus berpura-pura dan rindu menghabiskan waktu senggangnya untuk Wawan.
Lara mendongakkan lagi kepalanya. Kemudian berdiri dan berjalan ke luar kelas. Entah mau ke mana Lara sekarang. Dia terlihat lesu. Semangatnya seperti sedang dibawa kabur Wawan.
Di ujung koridor terlihat Wawan dengan ketampanan tak kurang, berjalan ke arahnya. Mata Lara berbinar bulat. Sepertinya strategi Tala berhasil. Semangatnya kembali membara. Perjuangannya akan segera mendapatkan hasil bahagia.
Mungkin karena Lara yang sudah lama tak melihat Wawan dengan saksama, hari ini Wawan terlihat lebih tampan. Sekarang, rasanya Lara ingin segera berlari dan memeluk Wawan.
Sadar Lara! Tetap cuek dan pura-pura nggak peduli sama Wawan. Lara harus bisa ngontrol perasaan, gumamnya dalam hati.
Sementara Wawan yang juga melihat Lara pun tetap pada pendiriannya. Dia tidak akan menyapa Lara. Sekalipun ingin, tapi sekarang Lara sudah punya pacar. Dia tak mungkin merusak hubungan orang. Apalagi baru sekitar tiga hari Lara berpacaran. Pikirnya hal ini lebih baik untuknya dan Lara. Dia tidak akan lagi diganggu dan direpotkan. Dan Lara tak lagi perlu mengejarnya.
Semakin dekat, kini mereka hanya berjarak sekitar lima langkah saja. Lara terus berjalan ke depan. Lara yang biasanya selalu menampakkan senyum keceriaan saat bertemu Wawan, sekarang hanya terlihat sikap tak acuh. Begitupun dengan Wawan. Jangankan untuk menyapa, dia sama sekali tak bergeming saat bahu mereka hampir bertabrakan saking dekatnya.
Lara menghela napas berat melihat perlakuan Wawan. Lagi-lagi spekulasinya salah. Sepertinya Wawan memang belum punya perasaan pada Lara. Strategi ini hanya akan berakhir dengan hasil kekecewaan. Jangankan untuk mencarinya, saat berpapasan begini saja Wawan bahkan sama sekali tak menyapanya.
Beberapa kali Lara mengedipkan mata untuk menahan sesak di dadanya. Ingin sekali dia berbalik badan dan memeluk Wawan. Tapi harus ditahannya. Seperti kata Tala, hanya untuk hari ini, Lara harus lebih banyak bersabar.