Pagi sekali, SMA Harapan Buana sudah ramai dengan dua gosip terhangat. Satu, gosip Lara yang katanya sudah berpacaran dengan Wawan. Dua, gosip ada murid perempuan yang baru pindah ke sekolah ini.
Wawan melempar kasar tas sekolahnya ke meja, hampir saja mengenai Wyllo yang sudah bersemedi di sana. Dia nampak sedikit kesal mendengar hampir seluruh sekolah telah membicarakan hubungannya dengan Lara. Menyesal rasanya Wawan mengajak Lara ke Loka Zoo kemarin. Juga, harusnya Wawan tak membelikan Lara boneka koala betina itu.
“Cieee, yang baru jadian. Pajak, dong,” goda Wyllo semakin membuat Wawan jengkel.
“Apaan sih lo?!”
Tala mendekat, ingin mengonfirmasi gosip tersebut. Pasalnya Lara belum memberitahunya apapun. Padahal, selama ini Tala adalah orang pertama yang dilibatkan Lara dalam urusan asmaranya.
“Lo beneran udah nerima Lara?” todong Tala masih penasaran.
“Nggaklah. Sahabat lo aja yang nyebarin berita nggak bener.”
“Nggak. Lara bukan cewek kayak gitu. Dia pasti akan cerita ke gue semua permasalahannya. Termasuk hubungan lo dan dia.”
“Kayak lo nggak tahu sifat gila dia aja.”
“Tapi ada yang aneh sih, anak-anak pada bilang mereka lihat postingan lo dan Lara di Loka Zoo. Nah, kalau kalian mau jalan, Lara cerita ke gue. Tapi perihal postingan, sosial media Lara nggak posting apa-apa tuh,” papar Tala.
“Sahabat lo tuh, aneh. Udahlah, gue nggak peduli.”
Tala mendengus sebal. Sementara Wyllo hanya menganggkat bahu ketika Tala melayangkan tatapan interogasi mengenai pengakuan Wawan.
***
Semua siswa sudah memasuki ruang kelas, karena bel tanda pelajaran segera dimulai sudah berbunyi. Pak Wahyu memasuki ruang kelas XI-IPS-1 sembari membawa seorang siswi. Kecantikannya tak kalah dari Lara. Dengan tinggi semampai, membuat ia sekilas lebih cantik dari Lara. Jelas saja, sontak semua siswa di kelas ini bersorak ramai.
Semenatara Wawan, dia masih menekukkan kepala ke meja. Tak tertarik apalagi peduli untuk melihat sesuatu yang menjadi penyebab ruang kelas tersebut heboh.
“Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Diharapkan untuk tenang dan biarkan teman baru kita memperkenalkan diri,” ucap pak Wahyu memberi pengumuman.
“Iya, Pak,” balas seluruh murid serentak, kecuali Wawan yang masih tak semangat untuk mengikuti pelajaran hari ini.
“Silakan, perkenalkan dirimu!” titah pak Wahyu pada gadis tersebut.
Siswi baru ini melemparkan senyum sembari mengangguk paham pada perintah sang guru.
“Baiklah, teman-teman. Nama saya, Adisty Maureen. Kalian boleh panggil saya senyamannya aja. Saya baru kembali ke Indonesia seminggu yang lalu. Sebelumnya saya dan keluarga tinggal di Barcelona. Saya harap kita bisa akrab ke depannya.”
Setelah mengetahui identitas dan wajah anak baru itu. Wyllo langsung menepuk kecil bahu Wawan berulang kali.
“Apaan sih?” tanya Wawan kesal masih tak melihat ke depan.