Masih sangat pagi, tubuh mungil Lara sudah berkeliaran di depan sebuah rumah tingkat dua. Dia sudah memencet bel agar si pemilik rumah keluar dan bersedia menemuinya. Namun, setelah beberapa menit sang pemilik juga belum menampakkan batang hidungnya.
Untuk yang kedua kalinya Lara kembali memencet bel. Mengisyaratkan seseorang memang tengah menunggu.
Tak lama kemudian sembuah suara lembut menyahut dari dalam, seperti sedang terburu-buru untuk membukakan pintu utama. Ketika telah sampai, akhirnya pintu itu dibuka.
Mata Lara membulat sempurna, menangkap sosok yang kini tengah berdiri di hadapannya. Berkali-kali Lara mengucek mata, memastikan tidak ada yang salah dengan penglihatannya.
“Cari siapa, Nak?” tanya wanita yang berumur empat puluh tahun awal ini seraya tersenyum lembut.
Lara masih nyaman berdiam di alam bawah sadar dengan beberapa pertanyaan dalam otaknya. Bagaimana mungkin ia hendak bertemu orang yang disukainya, malah bertemu orang yang paling digemarinya.
“Hallo! Nak!” panggil wanita itu lagi sembari melambaikan tangan di depan wajah Lara.
Lara tersentak. Dia memaksa otak dan tubuhnya untuk kembali ke dunia kesadaran.
“Oh, hai, Tante,” balas Lara berhasil mengontrol diri.
“Ada yang bisa saya bantu?”
“Kenalin, Tan. Lara,” ucap Lara sembari mengulurkan tangan dengan ekspresi masih sedikit tak percaya.
“Mudita Warastika. Panggil aja Tante Asti,” balasnya menjabat tangan Lara.
Lara tersenyum kemudian mereka melepaskan jabatan tangan tersebut.
“Oh iya, Tante. Lara ke sini mau ketemu Wawan. Kita satu sekolahan. Wawannya ada di rumah ‘kan, Tan?”
“Oh, teman sekolahnya Wawan. Ya ampun, mari masuk, Sayang. Wawan masih di kamar. Masih siap-siap,” sambutnya mempersilakan Lara masuk ke dalam rumah tersebut.
“Hehe, makasih, Tan,” balas Lara tersenyum lebar.
Asti mengangguk seraya melayangkan sebuah senyuman terbaiknya untuk Lara.
“Nak Lara sudah sarapan? Ini kebetulan Tante dan Wawan juga belum sarapan. Kita sarapan bareng ya.”
“Hm, boleh nih, Tan?”
“Boleh dong, boleh banget malahan. Jarang-jarang soalnya ada teman Wawan yang main ke rumah. Apalagi cewek, kayaknya baru kamu, deh,” ucapnya.
“Wah, berarti Lara cewek pertama yang datang ke sini dong.”
“Nggak juga.”
“Hah? tadi--.” Ucapan Lara terhenti.
“Cewek pertama yang datang ke sini, ya Tante dong,” jelasnya tertawa kecil.