PIGEON

Kaviiaaa
Chapter #25

Kantin Menyaksikan

Sudah seminggu Wawan dan Maureen berencana akan mengunjungi Kania. Namun, rencana itu itu selalu saja gagal. Maureen menyiapkan berbagai cara agar mereka tidak buru-buru mengunjungi alamat rumah Kania.

Sedangkan Lara, sudah seminggu juga ia tak lagi peduli pada Wawan. Mencoba bodo amat pada semua hal yang berhubungan dengan Wawan. Meski berat, akhirnya Lara kuat menjauh seminggu belakangan ini. Sekalipun hatinya harus meledak, kali ini Lara akan bertahan.

Sudah seminggu pula, Lara dan Tala tak lagi duduk di meja biasa, bersama Wawan dan Wyllo. Kini, Maureen yang selalu menempati kursi itu, menggantikan Lara. Tak jarang juga, tempat itu akan dipenuhi siswa-siswa yang tertarik untuk mendapatkan hati Maureen.

Jam istirahat sudah berbunyi. Untuk ke sekian harinya Lara bersikap dingin pada Wawan. Ia mencoba tenang saat berhadapan dengan Wawan. Mencoba tidak cemburu meski siswi-siswi gencar menggoda Wawan.

Seperti siang ini, Lara dan Tala memilih meja lain untuk mereka tempati. Sementara berjarak dua meja di depan, pemandangan menjengkelkan sangat ingin disensor Lara dari pandanganya. Meja yang ditempati Wawan, Wyllo dan Maureen dipenuhi siswa dan siswi. Sudah seperti kerusuhan saat antri pembagian sembako saja.

Dulu Wawan hanya menangani kegilaan Lara. Sekarang, seperti lebih banyak Lara yang akan dia tanganinya. Lara berada di mana-mana. Otaknya penuh. Dadanya sangat sesak melihat sikap dingin Lara padanya. Hatinya seperti akan pecah menatap Lara yang tidak lagi menatap dan tersenyum ceria ke arahnya.

Wawan tidak bisa tinggal diam, ia harus membereskan semua masalah yang terjadi. Wawan berdiri. Sontak Maureen pun kaget. Begitu juga dengan Wyllo yang ikut memperhatikan tingkah Wawan.

“Wan, lo harus nepatin janji!” ucap Maureen seperti sudah mengetahui niat Wawan. Sedangkan Wawan tidak peduli, ia mulai berjalan, kemudian berhenti tepat di samping Maureen. Wawan menoleh.

“Persetan dengan janji! Lo aja ingkar terus,” balasnya kemudian berlalu ke arah meja Lara dan Tala.

Lara yang melihat Wawan berjalan ke arah mejanya mulai tidak karuan. Hatinya berdegup lebih kencang. Ah, mengapa di saat ia sudah akan berhasil melupakan malah Wawan membuat ulah? Oh tidak, sebentar lagi sepertinya perisai Lara akan tembus.

“Gue perlu bicara sama lo.”

Perhatian seluruh mata tertuju ke arah mereka.

“Huh.” Lara memalingkan wajahnya dengan sengaja. Dalam hati siapa yang tidak bahagia dideketi pria kesayangannya.

“Lo marah sama gue, karena waktu itu gue turunin di jalan?”

“Pikir aja sendiri.” Lara masih berusaha bersikap biasa saja.

“Gue minta maaf, untuk kejadian waktu itu. Semua ucapan dan tindakan gue. Maafin, ya!”

“Minta maaf kok kayak orang nagih hutang.”

“Ya udah kalau nggak mau maafin.”

“Minta maaf harus ngasih sesuatu sebagai tanda kesungguhan.” 

Sebetulnya Lara sudah maafkan Wawan. Namun, ia masih ingin melihat kesungguhan Wawan. Toh, Lara juga tidak bisa marah lama-lama pada pria yang masih dicintainya ini. Apalagi sekarang Wawan yang mendekatinya duluan, ah sepertinya Lara sedang berada di dalam drama Korea Selatan.

“Harus gimana?”

Lihat selengkapnya