Pilar

Dwi Kurnialis
Chapter #8

DELAPAN

Imam

Bandar Lampung 1991

Hiruk-pikuk kota seakan tak pernah padam. Walau kota ini adalah kota kecil, namun Kota Bandar Lampung menjadi kota terbesar di Propinsi. Perekonomian semakin membaik. Begitu pun dengan tingkat perbaikan ekonomi keluargaku. Aku bekerja pontang-panting untuk menghidupi keluarga besarku. Ya, keluargaku memang kecil. Tapi, tanggung jawabku bukan hanya sebatas sebagai kepala keluarga. Melainkan juga tanggung jawab sebagai anak tertua yang memiliki banyak adik.

Ayahku yang sakit-sakitan memang telah tiada. Namun, menyisakan bekas berupa hutang biaya pengobatan. Ya, lagi-lagi ini berkaitan dengan rentenir. Hutang Simbok kepada rentenir tak kunjung usai. Yang ku dengar dari adikku Isti, Simbok berhutang juga untuk makan. Adikku Isti dan Siti telah menikah dan memiliki anak. Tetapi nasib mereka berbeda. Isti telah tinggal bersama suaminya, sementara Siti terpaksa menjadi janda. Ya, terpaksa. Suaminya menikah lagi. Simbok mengusir laki-laki itu dari rumah. Dan kini entah di mana rimbanya. Mau tidak mau, Siti dan kedua anaknya menjadi tanggung jawabku juga.

“Pak, gimana jualannya? Maaf ya, Mamak tadi enggak bantu Bapak jualan,” ucap Yati seraya membuatkan kopi hangat untukku.

“Ya …, Alhamdulillah, Mak, walaupun tadi malem ujan tapi masih ada beberapa orang yang cari makan!”

Hujan mengguyur kota sejak sehabis maghrib. Wilayah Teluk Betung Selatan adalah wilayah rawan banjir. Jika hujan deras datang, maka air akan menggenang tinggi merendam kota. Sehingga orang-orang jarang sekali untuk keluar.

“Gimana kabar Simbok dan adik-adik, Pak? Apa Bapak sudah mengirim wesel untuk keluarga di kampung?”

Ku seruput kopi hitam kental manis buatan istriku. Rasanya sungguh nikmat sekali.

“Udah, Mak. Tapi jumlahnya enggak kayak biasanya.”

“Kok gitu, Pak? Kalo Simbok marah gimana?”

“Ya mau gimana lagi, Mak? Kebutuhan kita itu semakin hari semakin besar. Sebagai kepala keluarga Bapak harus mengutamakan kebutuhan keluarga kita, baru keluarga di kampung!”

Lihat selengkapnya