Yati
Sekali lagi ku katakan. Untuk menikah dengan laki-laki yang memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarganya memanglah tidak mudah. Contohnya adalah diriku. Setelah hampir empat belas tahun menikah dengan Mas Imam, rasanya permasalahan tanggung jawab itu tak kunjung usai, meskipun beberapa adik perempuannya telah menikah dan ikut dengan suami masing-masing. Ingin aku mengeluh lelah. Namun rasanya tiada guna. Dari awal aku telah berjanji akan tetap bersamanya dalam keadaan apapun. Terlebih, Mas Imam begitu sangat baik kepadaku. Demi menjaga perasaanku, dirinya memang lebih mengutamakan kebutuhannku dan anak-anak kami, daripada keluarganya.
Terkadang aku merasa iba kepada laki-laki baik itu. Ingin aku bekerja, demi membantu dan meringankan beban tanggung jawabnya sebagai seorang suami, ayah, dan tentunya sebagai seorang anak dan kakak. Tetapi beliau melarangku. Dengan alasan, aku harus focus mengurus anak-anak. Aku adalah Madrasah utama bagi kedua putri kecil kami. Jika Madrasahnya tak memiliki kwalitas yang bagus, bagaimana anak didiknya akan menjadi cerdas. Lagi-lagi dirinya terlalu baik. Terkadang aku miris mendengarnya.
Siang itu, ombak bergulung tak begitu besar. Suaranya pun hnaya seperti suara angina yang berembus tak begitu kencang. Aku mengajak Nia bermain di teras rumah seraya ku menyuapinya. Akhir-akhir ini putri kecilku itu memang sedikit susah makan. Jadi untuk menyuapinya aku harus merayu-rayu dengan segenap kemampuanku. Kulihat suamiu dari kejauhan berjalan kaki membawa kantung-kantung belanjaannya. Penat yang kulihat terpancar dari wajahnya setelah lai-laki bertubuh tinggi itu menghampiriku. Sering aku ingin membantunya untuk pergi ke pasar. Dan … tentu saja beliau menolaknya terus.
Berita penggusuran lahan itu memang sudah tak sebegitu heboh seperti pada masa awal-awal. Katanya sih, para pasak bumi itu memberikan para warga untuk berpikir. Ah, setidaknya aku merasa lega jika penggusuran lahan itu benar-benar belum dilaksanaakan. Kami bisa mencari modal dulu untuk tempat tinggal kami selanjutnya. Begitu pikirku. Mas Imam terlihat bahagia bermain bersama Nia. Tak ada perdebatan lagi di antara kami mengenai masalah mpenggusuran itu.
Tepat di ujung dermaga, terlihat wanita setengahbaya berjalan dengan sedikit tergopoh-gopoh. Ibu mertuaku telah tiba. Wajahnya begitu terlihat lelah. Kedatangannya kali ini membawa sebuah berita, sekaligus meminta bantuan.