Hari Senin, seperti biasa Velda meminta izin untuk tidak masuk kerja satu hari penuh. Fisiknya masih belum sembuh akibat gejala pilek dan batuk. Apalagi suaranya semakin lama menghilang. Dia telah mengirim pesan kepada Andra dan Nando, di antara dua pria itu.
Ponselnya berbunyi. Dia mencoba mengangkatnya, dinetralkan suara agar terdengar jelas.
"Halo." Suara kodok mengundangnya.
"Kamu sakit?" Terdengar suara dari seberang siapa lagi kalau bukan Nando, si play boy cap gayung super.
"Kamu rasa, aku sakit apa gak? Dari suara saja kamu sudah tau!" balasnya.
"Sori, aku 'kan tanya doang. Lagi sakit masih bisa galak-galak. Sudah ke dokter belum? Apa mau perlu temani?"
"Gak perlu, besok aku sudah balik kerja kok. Ini cuma batuk sama pilek doang. Gak parah amat."
"Ya sudah deh, kalau begitu. Nanti siang kalau kamu jam kosong, aku mampir ke rumahmu."
"Hem."
Setelah selesai menelepon, dia letakkan ponsel di samping tempat tidurnya. Bibi Zaina sedang jemur pakaian. Dia kembali membaringkan dirinya. Karena suhu badannya semakin tinggi mau tak mau dia harus tidur di kasur empuk itu.
Untuk pengantar koran kali ini, menggantikan Velda sementara waktu adalah Joni. Dia biasanya mengantar paket barang dari ekspedisi. Karena Velda keadaan sakit, jadi dia harus libur satu hari penuh agar stamina pulih. Joni berhenti salah satu pakan ternak. Mengantar paket untuk pelanggan tetap.
"Loh, sudah ganti kurirnya? Yang wanita itu gak kerja lagi?" tanya Amir.
"Maksud Bapak, Velda? Masih kok, lagi gak masuk hari ini. Off day," jawabnya.
"Ohh ... aku mengira dia gak kerja lagi."
Joni memarkirkan sepeda motornya kemudian membawa paket tersebut. Di sana dia masuk seorang wanita tengah duduk sedang mengerjakan sesuatu.
"Permisi, Mbak. Ada paket dari penerbit media surat kabar dan majalah," sambut Joni.
Wanita itu langsung mendongak dan masih sama dengan muka tidak bersahabat. "Taruh di sini saja dan tanda tangan serta cantumkan nama," ucapnya menunjukkan buku pengeluaran dan pemasukan barang.
Joni meletakkan paket di samping meja, lalu menandatangani serta namanya. Pada saat Joni akan keluar dari pabrik, sebuah mobil fortuner hitam masuk. "Duluan ya, Pak!" Joni berpamitan pada Satpam tersebut.
Arka keluar dari mobilnya, dengan hari-hari biasa dia lakukan di kantor. Ambil paket koran dan majalah. Terus mengecek dan melihat apakah yang antar paket masih sama atau tidak. Dengan raut muka yang sangat senang, tiba-tiba berubah. Ketika dia melihat tanda pengirim paket bukan orang yang dia nantikan. Melainkan orang lain.
"Siapa yang antar paket hari ini?" Arka bertanya kepada wanita itu bernama Tania.
"Laki-laki, Pak," jawabnya