Pilihan.

LSAYWONG
Chapter #8

#8. Paket misterius lagi.

Sesuai permintaan aneh dari pelanggan menyebalkan itu. Velda mulai mendayung sepedanya melawan sinar matahari yang panas telah menjelang siang. Belum lagi macet ada di mana-mana berderetan baris sejajar menanti lampu merah menjadi hijau. Butiran keringat telah turun dari jajaran kulitnya. Masker masih dipakai untuk menghindari asap knalpot dan polusi debu bangunan yang tengah dikerjakan.

Lima menit kemudian, Velda sampai di tempat pelanggan tetap Pabrik Pakan Ternak. Dia masuk mendorong sepedanya satpam di pos tidak terlihat mungkin jam makan siang. Ya pastilah sudah waktu istirahat seharusnya dia juga nangkring di warung Nenek Anik.

Saat masuk dia meletakkan paket tepat di depan meja informasi. Topinya s dia buka lagi sudah gerah dan panas apalagi masker penutup mulut.

"Mbak Velda, ya?" tanya lelaki duduk di informasi itu.

Velda mengangguk, lalu lelaki yang tidak diketahui namanya mulai menelepon seseorang.

"Siang, pak, sesuai pesanan bapak paketnya sudah datang," ucap lelaki itu. Velda masih bengong menatap lelaki tersebut.

"Oh, baik, pak!"

Ketika lelaki itu usai menelepon seseorang. Dia pun berdiri dan berjalan mendekati Velda. Velda dengan gerakan waspada.

"Silakan, Mbak, ikut dengan saya," sambutnya ramah dan sopan.

"Memang mau ke mana? Aku cuma antar paket ...."

"Iya, Mbak. Saya tau. Tapi atasan kami ingin bertemu Mbak secara langsung," potongnya tetap sikap ramah dan senyum.

"Terus paketnya?"

"Di bawa saja, Mbak."

Velda pun mengikuti langkah lelaki itu ke suatu tempat. Ditelusuri satu lorong ke lorong lain. Aroma yang tercium tidak sedap sudah menghilang dan terganti dengan aroma yang sejuk. Kemudian, lelaki itu pun memberi kode kepada Velda.

"Silakan, Mbak." Lelaki itu persilakan Velda masuk ke sebuah ruangan.

Velda agak ragu untuk masuk. Dengan hati-hati dia pun memasuki ruangan itu. Lelaki yang membawa Velda kembali menutup pintu. Di sana Velda terdiam dan tercegah sesuatu.

"Akhirnya aku bisa ketemu denganmu lagi." Velda mencari sumber suara itu. Seseorang muncul dari mana dan bersandar di tepi meja sembari memberi seulas senyum yang menawan. Velda tidak menunjukkan apa pun.

"Langsung saja, ada keperluan apa Bapak untuk menemuiku? Aku hanya seorang kurir pengantar koran, apalagi ...."

"Gak ada maksud apa-apa, saya hanya ingin tau tentang kamu saja. Jarang-jarang ada kurir wanita mengantar koran dengan cuaca yang panas. Biasanya wanita seperti kamu itu duduk di kantor, sibuk dengan kertas di depan mata," ucap Arka, seraya memberi sindiran menusuk.

"Maksud Anda?" Velda balik bertanya.

"Memang apa hubungannya dengan aku yang sebagai kurir sama kantoran? Apa hak kamu melarang profesi seseorang? Langsung inti permasalahan saja, gak perlu bertele-tele seperti ini. Aku masih banyak pekerjaan lain," pungkas Velda. Lama-lama dia muak berada di sini.

"Santai-santai, gak perlu bawa emosi. Saya cuma mau memberi sedikit keringanan. Daripada kamu jadi kurir pengantar koran, kenapa kamu gak kerja di tempatku? Saya bisa memberi upah gaji lebih dari upah gaji yang sekarang kamu nikmati? Bagaimana? Soalnya saya sedang mencari seseorang yang bisa diandalkan, apalagi ...."

Tetiba sebuah telepon hape Velda berbunyi. Velda segera mengangkat, kesempatan Arka buat lebih dekat lagi harus tertunda. "Sabar-sabar, masih awal," batin Arka menahan rasa kesalnya.

"Maaf, Pak, aku gak bisa berlama-lama di sini. aku harus kembali. Jika ada yang ingin di sampaikan bisa telepon kebagian redaksi marketing kami, ya, Pak. Selamat siang." Velda beranjak meninggalkan tempat gedung pabrik pakan ternak itu.

Seukir raut muka menjengkelkan. "Sialan!" Arka menendang meja tepat di sebelahnya. Namun suara makian itu membuatnya semakin jengkel. "Aw! Sakit, tolol!"

Velda berhenti salah satu makanan yaitu MCDonal. Di sana Nando sudah menunggu. "Lama banget sih! Nih, cepat di makan. Keburu waktu makan siang berakhir!" seru Nando. Dia langsung memberikan kepada Velda.

"Thank you, cuma kamu paling perhatian," puji Velda. Dengan cepat dia menggigit burger itu.

"Aku takut kamu jatuh sakit lagi. Btw, soal antar paket, bagaimana?" Nando bertanya.

"Biasa saja, gak ada hal apa-apa?" jawab Velda, dengan gigitan penuh.

Nando menghela. "Aku kasihan sama Joni. Dia cuma bantu antar paket kerjaan kamu. Eh, dia yang dapat amukan dari pakan ternak itu?"

Lihat selengkapnya