Sorenya, Velda bisa santai setelah seharian menjadi sopir pribadi Arka menyebalkan itu. Sehingga tidak bisa santai di warung kesukaan. Meskipun begitu, dia tetap menuju ke warung nenek Anik. Sebagai tanda kekosongan dunianya.
Dia pun sudah tidak mengingat lagi, kapan terakhir dia melamar pekerjaan. Hidupnya tanpa di kekang oleh siapa pun terkecuali mamanya, bagi Raiya pekerjaan seperti itu tidak cocok untuk wanita seperti dirinya. lebih pantas bekerja di kantor mengurus administrasi keuangan dan mengawasi kinerja staf lainnya.
Akan tetapi untuk Velda, ia paling benci namanya pekerjaan menyimpang itu. Kerja di kantor-kantoran duduk menatap komputer hingga berjam-jam, mengoreksi segala kertas penuh angka dan coretan setipo, belum lagi mendapat omelan dari perusahaan lain, jika akan menagih pembayaran, terus bukan itu saja segala pekerjaan seperti itu bagi Velda membuang tenaga dan hanya dapat tekanan batin.
Hidupnya lebih menyenangkan adalah terjun lapangan meskipun dirinya memiliki fasilitas sendiri yang ia gunakan hanya satu yaitu sepeda buntutnya. Seperti biasa ketika sampai di rumah, ia lebih suka menghemat keuangan di kantongnya. Daripada membeli makanan di luar terkecuali pembantu rumah tangga tidak memasak.
"Non Velda sudah pulang," sapa Bibi Zaina.
"Iya, Bibi sudah makan?" sahut Velda mengambil lauk dipiring.
"Sudah, Non. Oh ya tadi ibu telepon menanyakan kenapa Non tidak ke kantor?" ucap Bibi Zaina mengingat penyampaian dari mamanya.
Velda tidak mengopeni ucapan Bibi Zaina. Ia lebih mengutamakan adalah perut yang telah kosong tersebut. Bagi Bibi Zaina hal biasa jika memberitahukan kepada putri majikannya, karena kebiasaan Velda adalah tidak suka menunda makanan ketika berada di depan matanya.
"Bibi cuma mau kasih nasihat, kalau bisa sekali-kali turuti saja dulu kemauan ibu. Soalnya ibu marah-marah mulu setiap meminta Non Velda ke kantor. Mungkin saja ada hal penting harus dibicarakan oleh beliau, Non," lanjut Bibi Zaina berbicara walau masih belum ada tanggapan.
Bibi Zaina sudah lama kerja sejak Velda berusia lima tahun. Meskipun begitu kemandirian Velda membuat Bibi Zaina bangga, tidak pernah merepotkan orang lain. Tidak rewel seperti anak lain. Bibi Zaina selalu berikan waktu untuk putri majikannya, padahal dia juga memiliki keluarga sendiri di kampung. Tapi Bibi Zaina merasa mempunyai keluarga kedua yang jauh lebih bahagia. Karena baginya Velda adalah seorang wanita yang patut di pertahankan walau kedua orang tuanya telah lama menjodohkan dirinya dengan seseorang sahabat baik tersebut.
"Jadi Bibi jawab apa ke mama?" Velda baru bersuara setelah semua di piring kosong.