Pilihan.

LSAYWONG
Chapter #15

#15. Pertemuan terakhir.

Arka tiba di rumah, setelah seharian bersama dengan Mawar. "Damian, Papa ingin bicara sebentar. Apa kamu sibuk untuk saat ini?" Suara berat rentan, dan tegas mengagetkan lelaki yang baru saja untuk melangkah masuk kamarnya.

Sosok seorang pria paruh baya tengah berdiri tak jauh darinya. Arka melepas gagang pintu kemudian menghampirinya. "Tidak, Pa," respons Arka pelan.

Albert kembali teringat masa kecil putranya, di mana kelincahan putra tunggal ketika mendapat mainan disukainya. Albert sangat sayang kepada putra satu-satunya, namun perlahan-lahan semua berubah ketika kesibukan darinya membuat Arka menjaga jarak dan memilih untuk kesenangan sendiri.

"Apa yang mau Papa bicarakan?" Arka kembali bersuara, setelah berada di ruang santai yang masih tidak berubah.

"Sekarang kamu sudah dewasa dan sudah bisa memilih dengan keinginanmu sendiri. Papa hanya minta satu permintaan terakhir darimu, apa kamu bisa menerimanya? Suatu hari nanti kamu akan mengerti maksud keinginan Papa mendesak dirimu untuk menyetujui perjodohan ini," ucap Albert membelakangi putranya sambil menyentuh mainan robot.

Arka tidak menjawab. "Apa kamu sangat mencintai wanita itu?" lanjut Albert bertanya.

"Maksud Papa? Mawar?" sambung Arka menebak.

"Iya, benar, Mawar. Apa kamu benar mencintainya?" ulangnya sekali.

Arka diam sejenak, jika dari pertanyaan ayahnya. Tentu dia mencintainya. Akan tetapi Mawar, Arka masih belum sepenuhnya mereka memang saling cinta atau tidak.

"Bisakah kamu ceritakan tentangnya?" Albert menghampiri Arka.

Arka pun tidak menolak kemudian menceritakan tentang pertemuan pertama dengan kekasihnya. Albert mendengar baik dan ikut memasang robot-robot yang belum tersusun rapi itu. Dari cara Arka menceritakan tentang wanitanya dapat Albert rasakan bahwa putranya sangat mencintai dan menyayanginya, lalu bagaimana perjodohan yang telah dijanjikan oleh sahabat baiknya itu.

"Apa kamu tetap tidak ingin mencoba bertemu wanita pilihan Papa? Dia juga tidak kalah baik dan mandiri. Mungkin kalian berdua bisa saling mengenal dulu atau berteman? Papa bahkan melihatnya, dia juga penurut dan tidak sembarang. Dia memiliki ciri khas berbeda dari wanita yang kamu ceritakan ke Papa. Papa bukan tidak menyukai wanitamu, tapi tidak ada salah mencoba berkenalan dulu. Papa yakin kamu akan tertarik dengannya," kata Albert memohon.

Arka terdiam dan menatap ayahnya, "Kenapa Papa bersikeras meminta Arka datang untuk mengenalkan dia? Apa Mawar tidak pantas menjadi keluarga kita?" Sepertinya Arka tidak suka perkataan dari ayahnya.

"Bukan itu, Papa tidak membandingkan siapa pun, siapa saja berhak untuk menjadi keluarga ini. Kamu harus tahu tidak semua kekayaan membawa sebuah kebahagiaan. Kamu akan tahu arti itu, bagi Papa pilihan orang tua untuk anak-anak tidak pernah salah memilih. Karena pengalaman kami sangat luas dan besar, jadi, suatu saat nanti dirimu akan merasakan bagaimana menjadi orang tua, ketika putra putrimu telah dewasa nantinya. Jadi Papa hanya berharap coba untuk menemui pilihan Papa. Kami tidak akan mengecewakan dirimu untuk masa depan dan juga kebahagiaanmu," terang Albert menjelaskan kepada Arka.

Arka kembali membisu kekesalannya itu tertahan setelah beliau keluar dari kamar itu. Kini seorang diri di sana memandang sekeliling koleksi hasil pemberian ayahnya. Kata-kata yang diucap oleh ibunya sama hal dengan ayahnya. Dia sulit untuk memutuskan siapa yang akan dia pilih. Mawar atau pilihan calon istri dari orang tuanya.

***

Esoknya, seperti biasa. Velda berangkat, tetapi permasalahan adalah mama dan papanya tidak ke kantor. Gerangan apa mereka betah di rumah.

"Nanti siang Mama minta kamu kosongkan waktumu untuk pertemuan, tidak ada alasan banyak pekerjaan. Jangan buat keluarga kita malu hanya karena kamu mementingkan pekerjaan kotor itu!" tegas Raiya langsung tanpa basa-basi lagi.

Velda tidak menanggapi, untuk pekerjaan sebagai sopir dari pria menyebalkan itu kosong. Dia lega tidak ada yang mengganggu kesehariannya.

"Non!" Sumber suara dari depan rumah.

Dia pun menoleh, "Iya, Bi." Bibi Zaina berlari kecil membawa sesuatu dari tangannya.

"Ini diminta sama ibu, nanti siang untuk acara pertemuan, jangan lupa diganti," kata Bibi Zaina menyerahkan bungkusan tas tentengan.

Velda menerima dan mengintip sejenak baju pertemuan pertama kali dia pakai acara perjodohan itu. Hanya ada helaan napas pendek darinya, sedangkan Bibi Zaina hanya bisa mengelus lengan putri majikan tersebut.

"Bibi berharap acara pertemuan ini lancar ya, turuti saja kemauan ibu. Bibi yakin semua akan baik-baik saja, jangan terlalu banyak dipikirkan," ucap Bibi Zaina memberi nasihat dan semangat untuk putri majikannya itu.

Velda menatap wajah yang sudah keriput dan beruban itu. Dia kembali teringat di mana pengasuhnya memberi dorongan padanya saat ibu dan ayahnya sibuk dengan pekerjaan kantor. Hanya Bibi Zaina untuk keluarga kedua.

"Makasih, Bi. Nanti aku pakai di acara pertemuan siang, kalau begitu aku berangkat dulu." Velda menggantungkan bungkusan tas tentengan di gagang sepedanya.

***

Lihat selengkapnya