Sandi mengantarku pulang sampai rumah. Selama perjalanan aku lebih banyak cerita dan dia lebih mendengarkan, sesekali memberi tanggapan seperti, oh iya, oh gitu, wah, dan sebagainya. Kemudian sesampainya di depan rumahku, Sandi menghentikan aku untuk turun dari mobilnya.
“Bentar deh Le,” kata Sandi sambil memegang pergelangan tanganku. Aku yang berniat keluar dari mobilnya pun berhenti.
“Gw mikir akan lebih baik untuk gw kasih tahu hal ini ke lu,” katanya serius. Aku jadi penasaran tapi gak berkata-kata apa.
“Lu kan udah ketemu Rahel yang tadi?” tanyanya, aku mengangguk.
“Dan karena Soundfest seminggu ini kita akan lebih banyak ketemu dia, jadi gw pikir lu harus tahu tentang hal ini di awal. Kalau Rahel itu sebenernya mantan pacar Jordi.”
Meski seharusnya aku kaget dengan informasi tersebut, tapi seperti dari dalam diriku sudah menyadari itu, jadi aku bisa menerima lebih baik.
“Mereka pacaran dari pas masa kuliah, gw yang kenalin, mereka pacaran lama 7 tahun lebih mungkin, tapi akhirnya pisah dua tahun lalu. Pisahnya sih baik-baik, makanya mereka masih bisa kerja bareng kayak gini. Gw bilang ini supaya lu bisa melihat mereka berdua kerja bareng dengan lebih objektif aja, dan gak denger dari anak-anak juga,” jelas Sandi.
“Oh, mungkin gw udah merasa pasti ada sesuatu di antara mereka kali ya pas tadi lihat, jadi denger info ini dari lu gak yang gitu kaget sih, lebih kayak terkonfirmasi aja apa yang gw rasakan,” kataku.
“Lu gak apa-apa kan?”
“Iya santai kok. Udah itu aja? Gw turun ya, lu hati-hati baliknya, kabarin klo udah sampe,” ujarku kemudian keluar dari mobil.
Aku pun langsung masuk ke dalam rumah. Meski awalnya aku rasa baik-baik saja, tapi ternyata tidak begitu baik-baik saja. Aku mengingat seperti apa Rahel yang aku lihat sepanjang hari ini. Bagaimana Jordi dan dia berdiskusi, berargumentasi, bahkan sempat terlintas di kepalaku kalau mereka cocok satu sama lain. Dan ternyata mereka memang pernah pacaran, bahkan selama 7 tahun. Itu bukan waktu yang lama. Tapi mereka sudah putus dua tahun lalu, pasti udah move on satu sama lain kan. Apa engga? Kepalaku rasanya mau pecah memikirkan itu semua. Setelah aku beberes dan siap mau tidur, aku melihat hp ku dan ternyata ada dua pesan masuk dari Jordi.
Oke, titip salam buat Sandi. Gw masih banyak yang harus diurus disini. (pukul 18.10)
Udah balik? Gw baru selesai semuanya. Klo besok pagi gw jemput lagi di rumah oke? (pukul 21.30)
Aku yang melihat pesan dari Jordi pun merasa lega. Sepertinya Rahel tidak akan jadi masalah, Jordi benar-benar tertarik sama aku.
Sorry aku baru lihat, tadi sampe rumah jam 10an. Oke besok aku tunggu ya.
Sepertinya malam ini aku bisa tidur dengan tenang.
***
Malam ini begitu panjang dan sendu. Setelah seminggu terakhir gw menanti-nantikan hari ini, ternyata berakhir dengan cara yang paling tidak terduga. Leoni suka sama Jordi. Bukan orang lain tapi Jordi. Dari awal mereka kenalan, memang gw rasa ada yang beda diantara mereka, Jordi yang biasa ramah berubah jadi dingin. Awalanya gw kira karena dia gak terlalu suka ide gw yang ngajak Leoni tiba-tiba join tim kita, tapi ternyata kerja Leoni bisa terbilang oke, dia bisa mengikuti dengan cepet belajar, seharusnya gak jadi masalah. Tapi kemudian saat acara kemarin, Jordi semakin bersikap aneh, gw gak pernah melihat sisi Jordi kayak gitu sebelumnya. Apa yang buat dia gak suka sama Leoni. Karena itu gw tegur dia di kamar hotel dan minta dia untuk maaf.
Kemudian karena kebodohan diri gw sendiri, hubungan gw sama Leoni sempat renggang. Tapi dengan cepat, Leoni dekat sama Jordi, bahkan mereka ke gereja bareng. Gw kira semua hanya kebetulan, dan menurut gw itu bagus supaya mereka gak kayak kucing dan anjing yang gak akur. Tapi lebih dari itu dalam seminggu, semuanya berubah dengan cepat. Gimana bisa? Apa Jordi juga punya perasaan yang sama? Jordi juga suka sama Leoni? Apa karena itu dia gak dukung gw buat ungkapin perasaan gw sama Leoni? Apa dari awal Jordi sudah suka sama Leoni?
Sepertinya malam ini gw gak akan bisa tidur tenang. Pikiran gw gak pernah berhenti membayangkan banyak skenario apa yang sebenernya terjadi antara kedua orang itu. Tapi gw pun gak bisa berbuat apa-apa kalau memang keduanya saling suka. Karena mereka berdua orang-oarng yang penting buat gw, jadi gw harus bisa ikut turut senang kalau hubungan mereka berhasil. Tapi apa gw bener-bener bisa bersikap biasanya ke mereka, terutama ke Jordi?
Karena kurang tidur, kondisi badan gw hari ini kurang begitu baik. Gw berusaha bersikap seperti biasanya saat masuk kantor, menyapa anak-anak dengan ceria. Beberapa dari mereka ada yang peka dan bertanya apa gw baik-baik saja. Gw pun menjawab kalau kecapean karena kerja di luar kota. Setelah itu mereka melakukan kegiatan mereka seperti biasa. Hari ini gw berniat untuk bertanya kepada Jordi, namun sepertinya pertanyaan itu dengan sangat jelas dijawab, karena Leoni dan Jordi dateng bersamaan. Satu kantor ramai karena kedatangan mereka. Ternyata kemarin mereka juga datang bersama. Ternyata Jordi juga suka same Leoni. Dari raut wajahnya aja gw juga tahu itu.
Seharian gw kerja bareng Jordi bahas tentang persiapan acara, tapi gak ada satu topik pun yang bahas tentang Leoni keluar dari mulut Jordi. Gw pun gak sempat untuk bertanya tentang hal itu. Ada banyak hal yang gw lewatkan selama pergi. Meski seharian kerja sama gw, tapi setelah itu Leoni dan Jordi pergi makan siang bareng.
“Bang, jadi kak Leo sama Bang Odi beneran udah pacaran?” tanya Tomo saat jam makan siang.
“Iya bang sejak kapan, kayaknya waktu itu masih pada diem-dieman gak sih, gw kaget sih mereka dateng bareng, trus sekarang berdua ngilang gitu aja,” sahut Akbar.
“Dari pas selesai acara gathering gak sih mereka mulai baik, yang kak Leo dateng sama bang Odi karena mobilnya mogok, pas Seninnya mereka kan dateng bareng juga tuh,” jelas Debby.
“Oh iya bener-bener, bang Odi juga sampai datang kan ke acara media, tumben-tumbenan dateng, ternyata karena kak Leo,” tambah Billy.
“Orang jatuh cinta tuh emang cepet ya, beberapa minggu lalu mereka bisa berantem gitu, sekarang udah kayak gak bisa lepas satu sama lain,” seru Tomo diikuti siulan dan teriakan yang lain.
“Lu pada nanya gw, tapi abis itu jawab sendiri ya, trus ngapain nanya gw,” kataku berlagak kesal. Meski di dalam hati benaran terbakar.
“Lu gak apa-apa kan bang? Jangan-jangan lu sakit hari ini karena mereka lagi?” tanya Debby. Ini anak emang kayak cenayang sih menurut gw.