Pilihan Cerita Hidupku

Geovania Loppies
Chapter #9

Bab 9

Langit yang cerah dengan angin sepoi-sepoi sore hari ini menambahkan kenikmatan perjalanan gw. Keramaian para wisatawan yang bersenang-senang mengabadikan momen mereka seperti saat itu adalah hal yang tidak boleh terlewatkan, membuat gw juga ikut tak mau ketinggalan untuk memotret setiap sudut yang gw lihat agar tak terlupakan. Gw berpikir mungkin ini bukan kali pertamanya gw datang ke tempat ini. Salah satu tempat wisata popular di Jakarta. Sebagai orang Jakarta asli yang berprofesi sebagai fotografer, pasti gw sudah pernah datang ke sini. Namun hari ini, gw seperti para wisatawan lainnya yang baru pertama kali datang. Semua terasa asing dan baru bagi gw. Setiap tempat yang gw datangi selalu terasa seperti itu, tidak ada satu kenangan pun layaknya kota ini baru pertama kali aku datangi dalam hidupku.

Setelah enam bulan menjalani pengobatan intensif di Singapura, keluarga gw akhirnya meminta kepada dokter memindahkan pengobatan gw di Jakarta. Mereka menganggap saat gw pulang ke Jakarta, ingatan gw bisa lebih cepat kembali. Namun empat bulan telah berlalu hasilnya nihil. Tidak ada yang teringat, tidak ada kenangan apapun. Beruntungnya teknologi yang canggih membantu gw untuk bisa membuka segala device yang gw punya. Hanya dengan sidik jari atau scan muka, hp dan laptop gw bisa terbuka meski gw tidak ingat kode rahasianya. Dari sanalah gw belajar mengenal diri gw sendiri. Apa yang selama ini gw lakukan, apa yang gw suka, siapa temen-temen gw. Dari folder-folder yang berisikan banyak hasil jepretan itu juga yang buat menyadari kalau gw menyukai fotografi. Sejak itu gw mulai untuk berpergian untuk memotret. Kadang pergi bareng salah satu teman dekat gw, Sandi, kadang pergi sendiri seperti hari ini.

Fotografi jadi salah satu cara gw untuk bisa mencari ingatan yang hilang itu. Pergi ke tempat-tempat yang pernah gw datangi sebelumnya, mengadabikannya untuk kembali dilihat dan berusaha diingat berharap tiba-tiba isi kepala gw ini bisa sendirinya memunculkan ingatan yang terpendam entah dimana. Kali ini gw memilih Kota Tua untuk didatangi. Meski hasilnya pun sama seperti tempat-tempat sebelumnya, tidak ada ingatan yang muncul, tapi gw suka dengan suasananya. Gedung-gedung yang bersejarah, orang-orang yang naik ontel, para bule yang mendengarkan penjelasan dari guide. Semua kini menjadi momen yang baru buat gw.

Gw terlalu fokus untuk memotret sampai tidak menyadari bahwa ada seorang cewek yang menyampiri gw. Dia berhenti tepat di depan gw. Eskpresi mukanya terlihat begitu senang seperti baru saja mendapatkan lottery.

“Jordi,” katanya sambil tersenyum. Dia kenal gw? Tapi gw gak merasa kenal dia. Tepatnya gw gak inget dia siapa.

“Jordi, apa sih kaget banget gitu. Apa kabar?” ucapnya lagi sambil menepuk tangan gw. Sepertinya gw deket sama dia. Tapi gw gak inget dia sama sekali, gimana ya.

“Sorry, kita emang saling kenal ya?” ucap gw berusaha menghindar.

“Apa sih gak usah pura-pura gak kenal gitu kali. Lu kemana aja sih selama ini, kayak menghilang dari peradaban, Sandi setiap gw tanya gak pernah jawab, Debby atau Tomo juga gak banyak cerita tentang lu. Emang bener udah gak kerja di UPSTAR lagi, sekarang emang sibuk apa.”

Cewek ini sepertinya beneran kenal gw. Dia sebut nama Sandi. Berarti Sandi kenal dia juga. Gw perlu tanya Sandi nanti.

“Kayaknya salah orang deh, saya gak kenal kamu, sorry,” jawab gw lagi dan berbalik untuk meninggalkan dia.

Tiba-tiba tangan gw dipegang. Cewek itu memanggil nama gw lagi. Gw kembali melihat ke arahnya. Ekspresi mukanya berubah. Matanya mulai berkaca-kaca. Gw gak tahu harus melakukan apa. Kenapa dia sesedih itu.

“Jordi, ini aku Leoni, masa gak ingat?” ujarnya. Namanya gak asing buat gw, apa Sandi pernah sebut namanya, gw juga lupa.

“Sorry kayaknya salah orang deh, namanya yang sama, tapi saya bukan Jordi yang mbak maksud sepertinya. Sorry,” ucapku kemudian pergi meninggalkan cewek itu mematung.

Pertama kali gw bertemu dengan orang yang mengenali gw. Selama ini gw pergi sama Sandi tidak pernah kejadian seperti ini. Gw bingung bagaimana caranya menjelaskan bahwa gw tidak mengingat dia karena lupa ingatan setelah operasi pengangkatan tumor. Sepertinya itu bukan informasi yang semua orang harus tahu dan gw juga tidak mau memberitahu hal itu. Bahkan gw tidak mengingat orang itu benaran orang yang dekat sama gw untuk tahu hal itu. Gw harus tanya Sandi. Namun saat gw telepon dia tidak angkat. Akhirnya gw memilih untuk pulang ke rumah. Kejadian tadi terlalu mengagetkan di saat gw tidak mempersiapkan diri, sehingga badan gw langsung merasa begitu melelahkan untuk melanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanan gw berusaha mengingat-ngingat cewek itu. Semakin gw pikirkan, rasanya cewek itu tidak asing tapi juga sangat asing. Gw mengingat ekspresi wajahnya yang begitu senang melihat gw. Seperti dia menanti-nantikan untuk bertemu gw. Namun senyumnya itu menghilang saat menyadari kalau gw benar-benar tidak mengingatnya. Matanya bersedih mengeluarkan tetesan air. Gw merasa bersalah buat cewek itu sedih. Rasanya gw juga ikut sedih dan merasakan sakitnya. Namun gw gak bisa melakukan apa-apa.

Sesampainya di rumah, gw langsung menjelajahi laptop dan hp lama untuk mencari nama Leoni. Gw tahu pasti nama itu pernah gw dengar, atau gw baca di suatu tempat. Membuka setiap folder, dokumen hingga chat-chat yang ada. Dan akhirnya nama itu muncul. Gw mengetuk namanya di layar hp, kemudian terbuka kolom chat yang penuh dengan pesan-pesan yang dikirim.

Happy New Year Jordi. Gw kangen lu. Semoga lu baik-baik saja dimanapun lu berada. (1 Januari 2025, 00:15 WIB)

 Jordi. Ini Leoni, lu kemana? Kenapa gak ada kabar apa-apa dari lu? Sandi selalu gak mau cerita tentang lu. Please balas chat ini kalau lu udah baca. (29 Desember 2024)

 Merry Christmas Jordi. Padahal kita janji buat merayakan natal tahun ini bareng-bareng ya. Tapi apa boleh buat semua hanya rencana. Gw selalu berdoa buat kebaikan lu. (25 Desember 2024)

 Novel gw sudah mau selesai loh. Meski Sandi udah baca duluan, karena dia editor gw, tapi gw mau buat lu yang baca duluan sebelum dicetak banyak dan dirilis. Ini kesempatan terakhir loh, jangan sampe lu nyesel. Balas gw sekarang. (12 Desember 2024)

 Jordi, lu gak mau ketemu sama gw sama sekali? Kenapa lu menghindar dari gw gini sih? Gw salah apa? Please kita ketemu sekali aja. (26 November 2024)

 Sandi nyebelin banget tahu? Masa dia suruh gw buat revisi banyak banget. Udah gitu deadline cuma satu minggu lagi. Kayak dia bisa aja, tapi nyuruh-nyuruh orang harus sesuai target. (10 November 2024)

 Gw tahu pasti kalau lu baca chat ini, merasa kayak gw cewek bodoh yang gak bisa move on, padahal lu udah dingin dan cuekin gw. Tapi apa yang bisa gw lakukan. Perasaan gw ke lu sama sekali gak pernah hilang. Malah dengan cara lu yang hilang kayak gini bikin gw semakin susah buat lupain lu. Isi kepala gw dari gw bangun pagi hingga mau tidur malam hanya untuk memikirkan lu Jordi. Lu lagi ngapain, lagi dimana, lagi sama siapa, lu sehat apa engga. Gw ingin tahu tentang lu tiap detik, menit, hari. Semua hari-hari gw selalu dilalui hanya untuk memikirkan lu, meski lu gak ada disisi gw. (28 Oktober 2024)

 Jordi, kenapa lu gak balas chat gw. Lu marah sama gw? Please balas chat gw atau atleast angkat telepon gw. (26 Oktober 2024)

 Lu dimana sih? Kenapa di teleponin gak diangkat, di chat gak dibalas. Sandi gak pernah mau jawab tentang lu setiap gw tanya. Jangan kayak gini, jangan cuekin gw. (24 Oktober 2024)

 Jordi, lu sebenernya ada dimana sih? Masih di Jakarta kah? Lu pergi kemana? Kenapa sama sekali gak ada kabar tentang kamu. Aku khawatir, aku takut kamu kenapa-napa. Kamu lagi gak sakit kan? Balas chat ini ya please. (9 Oktober 2024)

 JORDI!!!! BALAS DONG! (8 Oktober 2024)

JORDI!!! (7 Oktober 2024)

JORDI!! (6 Oktober 2024)

 Jordi please balas chat aku. Kamu kemana? Apa kamu benar-benar mau pergi? (22 September 2024)

 Kamu baik-baik saja kan? Kenapa chat aku gak dibaca, telepon kamu gak diangkat. Kamu kemana? (20 September 2024)

 Jordi, aku mau tunggu kamu. Kalau memang kamu butuh waktu untuk berpikir. Aku akan tunggu kamu. (12 September)

 Kenapa kamu gak balas chat aku? Kamu gak mau ketemu aku? Kenapa? Kita bisa sama-sama berjuang buat hubungan kita. Aku akan berusaha mengerti setiap penjelasan kamu, tapi yang penting kita ketemu dulu. (10 September 2024)

 Hai Jordi, thank you udah mau cerita dengan jujur tentang perasaan kamu. Awalnya aku gak tahu harus balas chat mu seperti apa. Aku sampai tanya Sandi, tapi dia bilang aku juga harus jujur dengan perasaanku dan menyampaikan apa yang belum tersampaikan. Tapi setelah semalaman aku berpikir apa yang ingin aku sampaikan, apa yang belum tersampaikan, hanya ini satu-satunya jawaban yang muncul. Aku sayang kamu Jordi. Lebih dari yang kamu tahu, bahkan lebih dari yang aku sadari. Aku sedih dan kecewa dengan kamu yang sangat mudah meminta hubungan kita berakhir, di saat aku hanya khawatir dengan keadaan kamu. Di saat aku hanya ingin penjelasan dari kamu. Meski aku tahu bahwa hubungan kita memang masih baru, satu bulan saja belum. Tapi apa yang aku rasakan selama ini bukan perasaan yang dengan berubah dan bisa dibuang layaknya sampah. Karena itu juga aku tidak mengatakan apa-apa dan pergi meninggalkan kamu di mobil malam itu. Tapi setelah baca chat kamu, aku tahu bahwa kamu juga merasakan hal yang sama. Aku tahu kamu juga sayang aku. Aku tahu kamu menghargai hubungan kita ini. Tapi kenapa, kenapa kamu seperti ingin benar-benar hubungan ini berakhir? Kenapa kamu mengirim pesan perpisahan ini padahal kamu masih sayang aku? Aku gak mengerti. Aku mau kita ketemu dan ngobrol langsung. Aku masih mau memperjuangkan hubungan kita. Aku gak mau ini selesai. Aku mau kamu. Aku sayang kamu. (3 September 2024)

 

Gw tertegun membaca setiap chat-chat yang dikirim Leoni. Ternyata dia pacar terakhir gw sebelum gw operasi. Dia sama sekali gak tahu kondisi, dia gak tahu kalau gw sakit. Nama Sandi beberapa kali disebutkan. Sepertinya Sandi juga tidak cerita apapun ke Leoni. Gw mengingat lagi momen saat pertama kali dia melihat gw. Senyum itu, kebahagiaan itu. Jangan bilang selama itu dia menunggu gw. Dia begitu senang akhirnya bisa ketemu gw, dan ternyata gw malah sama sekali tidak mengingat dia. Gw tidak berani membayangkan seperti apa perasaannya saat ini. Namun kenapa tiba-tiba dada gw begitu sakit seperti ini. Sedih dan marah bercampur jadi satu. Apa yang telah gw lakukan. Menghilang tanpa penjelasan dan membuat seseorang harus menunggu tanpa kepastian. Pecundang. Gw langsung mengirim pesan ke Sandi untuk datang ke rumah. Namun dia baru bisa datang besok. Gw butuh Sandi menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara gw dan Leoni. Mengapa gw memilih untuk menghilang dan tidak memberitahu Leoni tentang situasi sebenarnya.

“Semua karena lu Jor, lu yang dari awal gak mau cerita ke Leo, gw cuma nurutin kemauan lu aja kok,” kata Sandi setelah gw minta penjelasan dia.

Lihat selengkapnya